Kolaborasi PUISI
FRANSISKUS TSOLME dan TEGEY
Bangun tidur
Terasa di neraka
Diatas rumah sendiri
Tangisan dan lumuran darah
bercucuran tak terhenti,
Dibalik gunung
Gemuru bertolak dan alam meratapinya
Tangisan manusia Nduga dan Intan jaya yang kian dijajah
dibalik mata penjajahan.
Apakah kata sang Ilahi
Tentang hukum 10 perintah NYA
Bagaimana durinya dipelihara
Adakah keberpihakkannya.
Walau cinta kasih merampas ruang Moral Allah diperjudikan.
Tentang keadilan Tuhan Tak terdengar
Tuhan Kian berlalu diatas Lumuran darah tumpukan tulang Belulang.
Kepada Siapakah Tuhan berkuasa?
Tangisan Manusia
Bukankan wajah dan Moral-MU
Apa arti penderitaan Putra-MU
Sirna Dimata Tuhan dan Hukum
Hakim segala hakim dan dunia
Hutan tak lagi terlindung
Kian ringkus nestapa
Bejana dan bencana kemanusiaan
Tak batas batasnya lama menjerit
Gemuruh disuntuh
Kian mulai menghilang
Cahaya Matahari
Kian menawari disiang bolong
Jemari kelam seraya
Manusia hitam dan keriting
Menghilang perlahan
Dibalik bedil dan Laras
Tapi Tuhan diam
Tangisan manusia
tak lagi diadili
Tak juga berhenti
Darah, luka nyawa
Seakan makhluk
Percobaan Tuhan
Ketika tangisan
Tak henti arusnya
Bagai sungai mambramo
Miris Tuhan melupakan
Atau mungkinkah Tuhan?
Dalam batin tergoncang
Sambil berprasangka
Senada Tuhan tak lagi
Bercemburu
Tangisan manusia
Tak lagi henti
Dijarah hingga hilang
Dikejar ditembak
Jiwa dan jiwa bagai
Gunung siklop
Tak lagi hutan
Juga manusia
Seakan hitam
Bukan ciptaan Tuhan
Tangisan manusia
Tuhan mengabaikan
Tangisan Alam
Tuhan membiarkan
Sirna dibalik penguasa
Rumah dan pusarnya
Tanah dan jati diri manusia
Hilang diperkosa kolonialis
Hingga dicemari sungainya
Moral Allah Yang Nyata
Pada Tuhan yang Tahu DIRI
Kini dan selamanya Janganlah
Biarkan kekejaman iblis
Berselingkuh
Tangisan manusia
Berulang dan terus terjadi
Genjatan senjata api
Bergemelapan dibalik gunung
Di saat kelahiran PUTRA SULUNG ALLAH.
Kian tumbuhan dan hewan
Tak lagi bersahat hilang
Suara suara mesin sensor
Beradu kepentingan investor
Selubungkan militerisme
Tangisan Manusia
Tangisan Alam
Tangisan gunung
Tangisan hewan
Tuhan membiarkan
Bedil dan Laras
Militerisme dan absolut
Kado kado natal
Dalam keistimewaan istana
Keriting dan hitam
Hanyalah percobaan
Disana,
Sungai berdarah
Hutan bersendu piluh
Tanah tak terawat
Nyawa di ancam penguasa
Entahlah
Hukum Tuhan Memihak Kolonial
Atau kah sengaja di Kubur Penjajah
TUHAN MAHA TAHU.