Sebuah Refleksi: Anatara Kesedihan Batin dan Kegembiraan Hati
(*Oleh Inosius Kalakmabin
Peristiwa kebangkitan Yesus paskah ini memberikan pandangan hidup baru yakni memandang suatu kejadian tidak hanya pada satu dimensi melainkan melihatnya dari berbagai dimensi.
Masa Paskah Tiga Hari Suci dan Minggu Paskah
Gambar di atas adalah keadaan penulis bersama dua orang mahasiswi yang sedang mengikuti Misa Perayaan Hari Raya Paskah 2021 di ruangan Loby Asrama Mahasiswa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta pada Minggu 4 April 2021, pukul 09.00 WIB.
Dalam situasi pandemik Covid-19 sejak Maret 2020 (setahun) lalu aktivias manusia menjadi terbatas terutama aktivitas yang melibatkan komunitas sosial. Aktivitas komunitas sosial dalam hal ini salah satunya adalah aktivitas keagamaan terutama perayaan Ekaristi Kudus yang sebelumnya dirayakan di Gereja namun sekarang hanya bisa mengikutinya lewat live streaming di rumah. Oleh karena itu pula, Perayaan Paskah 2021 masih ikuti dari rumah.
Selama masa Paskah Tiga Hari Suci hingga hari Minggu Paskah penulis masih ikut di asrama bersama teman-teman lain. Kami mengikuti perayaan Paskah dengan segala keterbatasan. Hari Kamis Putih dan Jumat Agung kami masih ikut dalam Ruang Doa (Kapel) yang sudah disediakan di asrama. Tetapi karena satu dan lain hal menyebabkan kami tak bisa ikut misa Sabtu Suci dan Minggu Paskah di kapel dan pindah ke ruang Loby. Bagi penulis ini adalah tahap ujian iman yang sulit untuk menunjukan kesetiaan iman pada Tuhan, terutama terhadap pemaknaan mengenang kebangkitan Kristus.
Antara Kesedihan Batin dan Kegembiraan Hati
Bacaan Injil Gereja Katolik Katedral Jakarta pada Minggu Paskah diambil dari Injil Yohanes yang mengisahkan kebangkitan Yesus Kristus setelah mengalami penderitaan dalam siksaan seperti yang dikisahkan pada Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci. Menurut refleksi penulis Masa Paskah tahun ini dalam kisah sengsara dan kebangkitan Yesus Kristus memberikan setidaknya ada dua peristiwa yang menggambarkan iman kita akan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Peristiwa pertama dikisahkan pada Injil Yohanes20:1-2;
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan” (Yohanes 20:1-2)
Peristiwa yang dikisahkan pada Yohanes 20:1-2 menceritakan bagaimana Maria Magdalena (yang kemudian disebut Bunda Maria) mengekspresikan kesedihan batin akan siksaan yang diterima putranya. Setelah Maria melihat Yesus tidak ada di kuburnya dan pintunya terguling, maka ia kembali dari kubur itu dan mendapatkan murid-murid Yesus, dan berkata kepada mereka: “ Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakan “. Dengan kata lain Maria tidak mengingat kata-kata Yesus di Galilea seperti yang tertulis pada Lukas 24:6-7. Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan kepada orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga” (Lukas 24:6-7)
Kesedihan Maria terhadap Yesus yang begitu besar menjadi penghalang akan mengingat kata-kata Yesus sebelumnya. Maria memaknai peristiwa itu dengan apa yang ia lihat dan rasakan (Kesedihan Batin).
Tanggapan Maria yang spontan itu mengingatkan penulis akan sifat manusia yang sering kali memaknai setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup baik peristiwa dalam skala kecil maupun besar. Dalam konteks saat ini sangat relevan denga napa yang dirasakan Maria waktu itu. Covid-19 membatasi ruang gerak penulis untuk bisa berangkat ke gereja dan mengikuti misa Paskah seperti semula. Situasi ini sangat menyedihkan bagi penulis. Perayaan Paskah bagi penulis adalah masa yang paling indah untuk dirayakan. Dengan adanya kisah sengsara dan kebangkitan Yesus Kristus, manusia dibebaskan dari kuasa maut, mempersatukan manusia dengan penciptanya, membawa harapan hidup baru, memberikan kekuatan iman baru, kemenangan dalam kemuliaan Tuhan. Namun demikian, pada situasi seperti ini penulis memaknai peristiwa tersebut dalam keterbatasan jika dibandingkan dengan sebelumnya. Datang dan duduk menatap layer kaca dan mendengar ceramah dari para Pastor dan pulang. Sangat disayangkan bila memaknai periwtisa ini denga napa yang dilihat kasat mata. Peristiwa ini menjadi kesedihan tersendiri dalam perayaan Paskah tahun ini (kesedihan batin).
Peristiwa kedua dikisahkan pada Yohanes 20:8-9 ;
“Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu masuk dalam kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati” (Yoh 20:8-9).
Simon Petrus dan murid yang lainnya pergi ke kubur setelah dikabarkan oleh Maria tentang Yesus. Simon Petrus dan temannya pergi ke kubur dan melihat kuburnya kosong dan mereka percaya bahwa Yesus telah bangkit seperti yang dikatakan dalam Kitab Suci. Simon petrus dan seorang murid yang lainnya melihat dan percaya bahwa Yesus telah bangkit. Pernyataan ini berbeda dengan perkataan maria yang mengatakan bahwa Yesus telah diambil orang dari kuburnya. Betapa terlihatnya perbedaan antara Maria dan murid Yesus. Meskipun demikian pada ayat berikutnya dalam Yohanes 20:20 ; “Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-muridnya itu bersuka cita Ketika melihat Tuhan” (Yoh 20:20)
Murid-murid Yesus bersuka cita karena melihat Yesus masih hidup. Murid-murid Yesus bergembira dalam ketegangan karena mereka masih takut atas situasi yang mereka hadapi. Yesus memberkati mereka dan menghembuskan Roh Kudus kepada mereka dengan berkata : “Terimalah Roh Kudus” (Yoh 20:21). Maria Magdalenapun ikut bersuka cita karena sebelumnya dan saat itu pula ia melihat Tuhan yang hidup. Setelah melalui hari-hari yang kelam mereka menerima hadiah dari Tuhan Yesus dengan menerima Roh Kudus yang hidup di dunia dan di surga.
Pada peristiwa-peristia yang dialami pengikut Kristus di atas mengingatkan penulis terhadap pandangan orang yang berbeda-beda terhadap suatu kejadian. Dalam konteks hidup hari ini penulis kaitkan dengan pandemik yang melanda manusia. Berbagai kalangan manusia memandang adanya Covid-19 dengan perspektif yang berbeda. Mereka memaknai Covid-19 sesuai dengan mereka anggap benar dan itu yang terjadi pada akhir-akhir hidup ini.
Bagaimana dengan perayaan paskah tahun ini? Dua hal mendasar yang penulis jabarkan di atas adalah tentang bagaimana kehidupan menawarkan makna hidup dalam setiap peristiwa dan bagaimana pula manusia memaknainya. Sebelumnya penulis sudah menceritakan sedikit tentang keadaan tempat penulis mengikuti masa paskah selama empat hari ini. Penulis mengikuti misa dengan penuh keterbatasan. Kelihatannya seperti menonton berita speak bola live streaming di tempat yang fasilitasnya tersedia. Awalnya sedih mengikuti misa paskah seperti ini (kesedihan batin).
Meskipun demikian penulis mencoba mengikuti misa selayaknya hadir dalam rumah Tuhan untuk merayakan hari kemenangan iman. Tak terasa misa perayaan paskah telah selesai dan penulis merasa mendapat sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Penulis merasa mendapat suatu pandangan baru terhadap keadaan yang penulis hadapi saat ini. Inilah titik pengujian iman penulis akan Kristus. Pastor yang memimpin misa paskah berbicara tentang bagaimana kita bisa memimpin diri kita dalam kehidupan saat ini dan kedepannya, bagaimana kita bisa berelasi dengan Tuhan dan semesta, bagaimana kta bisa terlibat dalam aktivitas sosial saat ini dan kedepannya.
Dengan mengingat pandangan Maria dan Murid Yesus terhadap kebangkitan Yesus memberikan pedoman kepada kita tentang bagaimana kita memaknai suatu peristiwa dengan pandangan yang berbeda. Mula-mula kita melihat dan merasakan serta memaknai apa yang terjadi sejauh yang kita lihat. Kemudian selanjutnya mengambil makna dari peristiwa itu dari yang tak terlihat (makna sesungguhnya). Dengan kata lain, jika kita semua bersedih, merasa sulit, merasa beban dan sebagainya, dalam menghadapi pola hidup baru ini, maka sekoarang kita diajarkan untuk memaknai hidup saat ini dengan dimensi yang lain.
Peristiwa kebangkitan Yesus paskah ini memberikan pandangan hidup baru yakni memandang suatu kejadian tidak hanya pada satu dimensi melainkan melihatnya dari berbagai dimensi. Pandangan Maria dan Murid Yesus mengajarkan tentang pandangan dengan nefatif dan positif.
Penulis adalah seorang mahasiswa universitas Atmajaya-Yogyakarta
Editor: Antonius Tebai