(Beberapa tokoh Nasional Republik Indonesia memberikan pupuk yang luar biasa terhadap rasisme di Indonesia)
(*Oleh: Theo Hesegem
JAYAPURA-SUARA FAJAR TIMUR.COM. Beberapa tokoh Nasional Republik Indonesia memberikan pupuk rasisme yang luar biasa terhadap kelompok orang kulit hitam dan rambut keriting agar Rasisme tetap subur dan berkembang.
Tokoh-tokoh Nasional yang mengungkapan rasisme terhadap orang kulit hitam dan rambut keriting akan bertumbuh dan berkembang dan Masyarakat Indonesia lain akan belajar dari mereka, karena mereka adalah tokoh Nasional yang memberikan contoh buruk terhadap warga Negara Indonesia lain, untuk mengungkapkan rasisme.
Saya sering aktifkan Facebook saya terkait rasisme, dalam tulisan komentarnya saya membaca banyak rayat Indonesia lain juga yang menulis dan mengungkapkan rasisme terhadap orang kulit hitam dan Rambut keriting yang ada di Indonesia Timur.
Oleh karena itu orang kulit hitam dan rambut keriting di Papua tidak pernah akan lupah, dengan ungkapan-ungkapan rasisme yang di bangun oleh Tokoh-tokoh Nasional, sekalipun proses hukum sudah dilakukan. Karena Rasisme sudah bertumbuh dan berakar serta sedang berkenbang, kecuali mulut orang-orang itu di jahit.
Menurut saya tokoh-tokoh Nasional yang mengungkapkan rasisme seperti Monyet, Tikus-tikus hutan, orang papua adalah sampah, karena mungkin pandangan mereka orang-orang Papua bodoh, terbelakang dan tidak mampuh. Sehingga menurut saya mereka itulah yang sedang menghancurkan tatanan kehidupan sebuah negara yang utuh menjadi hancur. Karena mulut mereka penuh dengan kebencian dan kejahatan serta kebohongan yang luar biasa
Pertanyaaan saya apakah orang-orang Asli Papua layak disebut sampah, monyet, dan tikus-tikus hutan ? menurut saya sangat tidak layak, karena orang Asli Papua juga adalah Ciptaan Tuhan yang sangat Mulia, sesuai Gambar dan Rupah Allah sendiri apakah manusia bisa robah seluruh tubuh orang kulit hitam dan rambut keriting di Papua dan seluruh Dunia ? Menjadi putih ?
Ungkapan-ungkapan tokoh-tokoh Nasional Rebuplik Indonesia di Jakarta sedang membangun suatu kebencian masyarakat Papua terhadap Pemerintah Pusat, dan nantinya masyarakat Papua akan membangun ketidak percayaan terhadap Pemerintah Indonesia untuk membangun Papua yang lebih baik dari sekarang.
TOKOH-TOKOH NASIONAL REPUBLIK INDONESIA itu Perlu menggetahui bahwa ungkapan-ungkapan Rasisme akan menghancurkan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Sedangkan kita telah pelajari dan menghapal ke lima Dasar Pancasila, sejak ditingkat SD Sekolah Pendidikan Dasar, menurut saya beberapa tokoh nasional itu mungkin tidak belajar dan menghafal Pancasila, oleh sebab itu saya mau jujur sampaikan di artikel ini bahwa beberapa tokoh yang dimaksud tidak menghargai dan menghormati ke lima Dasar Pancasila sebagai Dasar Negara Rebuplik Indonesia.
Mungkin menurut saya mereka tidak pernah belajar dan menghafal Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Sehingga ungkapan-ungkapan rasisme melekat pada diri mereka.
Dari artikel saya ini, saya juga hendak mengutip artikel
Presiden Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua, Pdt. Dr Socratez Yoman MA
Realitas/Fakta
PANDANGAN RASISME PARA JENDRAL DAN SIPIL DI INDONESIA: JENDRAL ALI MURTOPO, JENDRAL M.H. HENDROPRIYONO, JENDRAL BINSAR LUHUT PANJAITAN DAN AMBRONCIUS I.M. NABABAN
Oleh Gembala Dr. Socratez Yoman,MA
Rakyat Indonesia pada umumnya memiliki keluhuran hati nurani. Orang-orang ramah dan sangat menghormati martabat kemanusiaan dan kesamaan derajat serta mencintai kedamaian dan harmoni dalam kehidupan antar sesama manusia sebagai ciptaan TUHAN. Contohnya: Pemimpin Besar milik Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gur Dur) telah merepresentasikan nilai kultur keluhuran hati nurani itu kepada dunia, Indonesia dan lebih khusus rakyat dan bangsa West Papua. Gus Dur adalah simbol nyata dari kehidupan rakyat Indonesia.
Tetapi, sayang, fakta dan realitas saat ini, yang merusak dan menghancurkan keluhuran hati nurani dan peradaban cinta damai dan harmoni mayoritas rakyat Indonesia terlihat dan terbukti dari para penguasa sombong, angkuh, jahat, korup, pembohong, tamak, perampok dan pembunuh yang selama ini bersembunyi dan berlindung dibalik jargon keamanan dan kepentingan nasional, kedaulatan NKRI dan NKRI harga mati dan seenak perut mitoskan orang asli Papua: separatis, makar, opm dan mitos baru kkb.
Penguasa dalam keadaan sadar ciptakan atau memproduksi mitos-mitos: separatis, makar, opm, kkb, dengan tujuan bisnis dan usaha perampokkan sumber daya alam di Papua berjalan lancar tanpa gangguan dan hambatan dari orang asli Papua.
Para penguasa, para pengusaha dan para jenderal Indonesia Melayu bahu-membahu, dan saling mendukung untuk membesar-besarkan mitos separatis, makar, opm, dan kkb sebagai siasat memprovokasi seluruh rakyat Indonesia supaya meraih dukungan untuk menghancurkan orang asli Papua dan memusnahkan orang asli Papua.
Saya mempunyai pengalaman dengan guru Sekolah Dasar Negeri Tiom (kini kab Lanny Jaya) daerah pedalaman jauh dari keramaian kota pada tahun 1970an. Guru saya bernama Suyanto. Sampai hari ini masih membina hubungan dengan harmoni sebagai antara sipemberi ilmu dan penerima ilmu. Sebagai sesama manusia saling menghormati martabat kemanusiaan tanpa dihalangi dengan keyakinan iman bapak guru sebagai pengamut Islam dan saya sebagai penganut agama Kristen. Kami berdua bersahabat karena kita sama-sama manusia yang diciptakan Tuhan sesuai gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26).
Dari hati nurani saya selalu percaya bahwa semua umat manusia adalah baik tapi biasanya yang merusak pergaulan kita adalah lingkungan kita yang buruk, berita-berita dari media-media utama yang dikontrol penguasa dan pengaruh penguasa yang tamak, jahat, pembohong, perampok, pembunuh yang merusak Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Para penguasa dan para jenderal yang kebanyakan pemimpin berjiwa atau watak paranoid dan hypocrisy sejak dulu merusak dan menghancurkan keluhuran hati nurani rakyat Indonesia. Sedang terjadi disintegrasi sosial yang mengarah pada potensi disintegrasi nasional.
Beberapa contoh Jendral dan orang sipil berwatak barbar, kriminal dan rasialis, sebagai berikut:
1 Jendral Abdul Mahmud Hendropriono
Pada 6 Juni 2021 mengaku bahwa pada saat di Seskoad pernah mengusulkan:
“Memindahkan sekitar 2 juta penduduk Irian Jaya dipindahkan ke Manado. Sebaliknya, orang-orang di Manado dipindahkan ke Papua.”
2 Jendral Ali Murtopo
“Kalau mau merdeka sebaiknya tanyakan pada Tuhan apakah dia bisa berbaik hati membesarkan pulau di tengah Samudra Pasifik supaya bisa bermigrasi ke sana. Bisa juga tulis orang Amerika. Mereka sudah menginjakkan kaki di bulan, mungkin mereka akan bersedia menyediakan tempat untuk Anda di sana. Anda yang berpikir untuk memilih menentang Indonesia harus berpikir lagi, karena jika Anda melakukannya, murka rakyat Indonesia akan menimpa Anda. Lidah Anda pasti akan dipotong dan mulut jahat Anda akan digoyak. Lalu aku, Jenderal Ali Murtopo, akan masuk dan menembakmu di tempat “(Sumber: SEE NO EVIL: New Zealand’s Betrayal of the people of West Papua: Maire Leadbeater: 2018: 154)
3. Jenderal Binsar Luhut Panjaitan
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi isu kemunculan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) atau Gerakan Pembebasan Papua. Gerakan itu memfokuskan aksinya untuk bergabung dengan Melanesian Spearhead Group (MSG).
“Ya pergi saja mereka ke MSG sana, jangan tinggal di Indonesia lagi.” ( Kompas.com, Jumat, 19/2/2016).
4. Ambroncius Nababan:
“Edodoeee pace. Vaksin ko bukan sinovac pace tapi ko pu sodara bilang vaksin rabies. Sa setuju pace.
Di gambar pak Natalis Pigai ditulis: “DRUN YOK KITA BELI VAKSIN COVID19 DARI LUAR NEGERI. PEMERINTAH PUNYA DIRAGUKAN.”
Digambar Golira/Monyet ditulis: “KAKA VAKSIN KITA BUKAN SINOVAC/PFIZER.VAKSIN KITA VAKSIN RABIES.”
Melihat dari gerakan RASISME dilakukan para Jendral secara kolektif di Indonesia ini lebih jahat dan berbahaya untuk keutuhan NKRI daripada gerakan separatisme di West Papua. Karena, RASISME adalah musuh Allah dan musuh seluruh umat manusia. Khususnya, penghinaan terhadap Natalis Pigai merupakan penghinaan terhadap martabat kemanusiaan seluruh orang asli Papua dan bangsa-bangsa kulit hitam di seluruh dunia dan juga penghinaan martabat seluruh umat manusia di planet ini. Penguasa Indonesia sedang memelihara dan melindungi para rasis yang mendukung separatisme dan kelompok kriminal berpikiran kotor (kkb) di pusat-pusat kekuasaan.
Gerakan rasisme ini memperlihatkan kejahatan Negara secara sistematis, terstruktur, terlembaga, masif dan kolektif dalam rangka proses pemusnahan etnis orang asli Papua. Dengan tepat alm Hermanus (Herman) Wayoi mengatakan:
“Pemerintah Indonesia hanya berupaya menguasai daerah ini, kemudian merencanakan pemusnahan Etnis Melanesia dan menggatinya dengan Etnis Melayu dari Indonesia. Hal ini terbukti dengan mendatangkan transmigrasi dari luar daerah dalam jumlah ribuan untuk mendiami lembah-lembah yang subur di Tanah Papua. Dua macam operasi yaitu Operasi Militer dan Operasi Transmigrasi menunjukkan indikasi yang tidak diragukan lagi dari maksud dan tujuan untuk menghilangkan Ras Melanesia di tanah ini…” (Sumber: Pemusnahan Etnis Melanesia: Memecah Kebisuan Sejarah Kekerasan Di Papua Barat: Yoman, 2007, hal. 143). Dikutip dari Makalah Tanah Papua (Irian Jaya) Masih Dalam Status Tanah Jajahan: Mengungkap Hati Nurani Rakyat Tanah Papua ( Bandar Numbay, Medyo Februari 1999).
Melihat dari fakta dan gerakan rasisme dari para jendral dan warga sipil Indonesia dengan sistematis dan masif serta kolektif ini menandakan bahwa rakyat dan bangsa West Papua tidak ada masa depan dalam rumah besar yang bernama Indonesia. Ada operasi militer, operasi transmigrasi, operasi pemekaran kabupaten dan provinsi untuk pemusnahan rakyat dan bangsa West Papua dari Tanah leluhur. Ini kejahatan kemanusiaan yang telah melampaui batas-batas nilai-nilai martabat (dignity) kemanusiaan karena terjadi pelanggaran berat HAM dari waktu ke waktu sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang tahun 2021, bahkan akan berlanjut terus sampai orang asli Papua benar-benar musnah.
Walaupun ada kekejaman dan kejahatan Negara yang menakutkan dan sangat memprihatinkan, tetapi kami rakyat dan bangsa West Papua mempunyai HARAPAN masa depan yang lebih baik, damai dan harmoni di atas Tanah leluhur dan Tanah pusaka kami dan bersahabat dengan semua bangsa di dunia yang mencintai kedamaian, memperjuangkan keadilan, kesetaraan dan menghormati martabat kemanusiaan, dan kita bersama-sama melawan para jendral dan sipil yang berwatak rasis.
Penulis adalah Presiden Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua,
Anggota:
1. Dewan Gereja Papua (WPCC)
2. Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC)
3. Aliansi Baptis Dunia (BWA).
Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (Pembela HAM Sedunia). Direktur Eksekutif
Publisher: Erick Bitdana