Jayapura – SUARA FAJAR TIMUR COM. Pelantikan lektor dan akolit sekaligus perutusan bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan program studi strata satu (S1) merupakan kegiatan tahunan Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Fajar Timur. Pelantikan dan pengutusan biasa dilaksanakan dalam lingkungan kampus. Akan tetapi, Pandemi Covid-19, dua tahun belakangan ini membuat pelatikan dan pengutusan mahasiswa dilangsungkan di rumah studi masing-masing. Pada 2020 yang lalu, komunitas studi Kasisiakum Ordo Santo Agustinus (OSA) melantik 4 saudara yang diutus untuk melaksanakan Tahun Orientasi Pastoral (TOP). Tahun ini, 2021, komunitas studi Kasisiakum melantik 3 saudara yang akan diutus ke tempat TOP di wilayah pelayanan biarawan OSA yang mencakup Keuskupan Manokwari Sorong, Keuskupan Jayapura dan Keuskupan Ketapang (Kalimantan Barat).
Misa pelantikan dan perutusan para mahasiswa tingkat IV dilaksanakan di kapela Biara Kasisiakum pukul 18.00-20.15 WIT. Perayaan Ekaristi syukur dipersembahkan oleh RP. Floridus Angelus Nadja OSA. Adapun ketiga saudara yang dilantik ialah Fr. Natalis Michael Giovani Namsa OSA, Fr. Sebastianus Dasri OSA dan Fr. Sersianus Lesing OSA. Dalam perayaan Ekaristi tersebut turut hadir umat kombas St. Monika dari paroki Kristus Terang Dunia Waena.
Dalam kotbahnya, Pastor Nadja memberi penjelasan mengenai lektor dan akolit. Pelantikan lektor dan akolit yang adalah tahbisan kecil. Lektor berasal dari bahasa Latin lectio dan dalam bahasa Perancis lectur yang artinya membaca. Lektor menunjuk pada seseorang yang membacakan atau memaklumkan Sabda Tuhan dalam perayaan liturgi. Lektor sebagai pelayan liturgi bertugas menyampaikan Sabda Tuhan dengan baik dan benar. Ia bukan saja membaca tetapi juga ‘berkotbah’ dengan cara mewartakan supaya umat dapat mengerti isi Firman Tuhan yang disampaikan. Seorang lektor bukan saja menjadi pembawa sabda tetapi juga menjadi pelaksana sabda. Dengan cara hidupnya, ia menyebarkan kaharuman Kristus.
Akolit merupakan salah satu jabatan Gereja. Mulanya akolit merupakan tugas dari putra altar/ misdinar. Pelayan liturgi ini sudah ada sejak abad III dan hanya dibatasi untuk pria. Putra altar dan akolit kemudian dibedakan dalam perkembangan waktu. Putra altar adalah mereka yang hanya bertugas membantu imam dan diakon dalam perayaan misa (membawa salib dan lilin pada saat perarakan masuk dan keluar Gereja, membunyikan lonceng dan menghantar bahan persembahan ke altar), sementara akolit bertugas membantu imam dan diakon membagi Komuni kepada umat di dalam maupun di luar Perayaan Ekaristi.
Lebih lanjut Pastor Nadja juga menyinggung tentang pekerjaan seorang frater selama masa Orientasi Pastoral. Pastor memberi pesan agar ketiga saudara OSA merealisasikan ilmu yang telah diperoleh selama pembinaan baik dari novisiat hingga studi S1. Ilmu perlu diterapkan secara praktis dan diolah sedemikian rupa sehigga umat dapat memahami dan menerima pewartaan dengan baik. Tugas dan pelayanan seorang frater TOP harus dilakukan dalam nama Kristus (In nomine Christi), bersama Dia dan di dalam Dia, sebab misi yang dilakukan adalah misi Kristus. Dengan demikian, bukan nama pribadi atau nama OSA yang dimuliakan tetapi nama Tuhanlah yang dimuliakan.
Pastor Nadja menambahkan bahwa lapangan bukan hanya tempat bekerja tetapi juga belajar. Lapangan adalah guru terbaik dalam memberikan pengalaman. Mendapat pengalaman berarti memperoleh banyak ilmu. Pengetahuan tanpa pengalaman adalah absurd. Pengalaman adalah hasil dari tindakan berpikir dan dari aksi yang menghasilkan pengetahuan. Pengalaman menjadikan seseorang dewasa dalam berpikir dan bertindak. Orang menjadi profesional dalam bidang tertentu karena sudah belajar dan menekuni bidang tersebut. (12/06/2021).
liputan : Tedianus Koll
Ed. : Juan Izak