PANGGILAN ITU SENI HIDUP

Sebuah Refleksi
Oleh: Sebedeus G Mote
 
Panggilan adalah rahmat Allah yang diwayuhkan kepada setiap manusia untuk mengembangkan hidup kearah atau visi yang lebih baik sesuai kehendak Allah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu menundukkan kepalah dan mengoreksi diri lalu mengembangkannya sesuai dengan tindakan seni yang tinggi. Seni itu sendiri merupakan sebuah kreatifitas pribadi. Kreatifitas itu akan nampak ketika pribadi mengembangkannya. Untuk mengembangkan panggilan didalam kehidupan nyata, manusia juga perlu menyadari terlebih dahulu bahwa itu merupakan karunia dari Allah sendiri yang diam dalam diri manusia.
Panggilan itu juga perlu diisi melalui kreasi, mengapa demikian? Karena untuk mengembangkan panggilan hidup itu perlu menuangkan ide dan gagasan pribadi manusia dengan pemikiran yang daya imajinasi yang tinggi. Pikirkan segala sesuatu dengan daya imajinasi yang tinggi supaya tidak berpikir pada satu tempat. Manusia yang mengembangkan panggilan melalui seni adalah manusia pembelajar yang memiliki keiginanan yang tinggi untuk mengisi panggilan hidup yang menikmati dan segar dalam hidup itu sendiri.
Kita tahu bahwa setiap manusia itu panggilan hidup berbeda-beda dan didalam perbedaan itu cara megembangkannya juga berbeda-beda namun satu tujuan yakni untuk mengembangkan panggilan hidup yang seni untuk memuliakan Tuhan dan untuk memeroleh keselamatan yang kekal. Manusia hendaknya kembali melihat panggilan hidup dalam hidup itu sendiri. Melihat kembali yang dimaksudkan adalah dalam mengembangkan panggilan, jangan sampai tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Tuhan, diri sendiri dan sesama, maka hendaknya merekonsiliasi diri, melihat kembali melalui hidup yang baik dan mesti selalu bertanya; sebenarnya panggilan kita seperti apa.
Nah, supaya tidak jemuh dalam mengembangkan rahmat Allah yang diam dalam pribadi yakni panggilan itu, maka kita dituntut supaya memiliki sebuah seni hidup yang jelas. Berbicara mengenai seni itu banyak, maka manusia dituntut juga memilih sesuai dengan panggilan hidup itu sendiri.
Panggilan itu menjadi seni yang hidup ketika manusia itu sendiri memainkan panggilan dengan penuh penghayatan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan kreatifitas pribadi. Contoh mengenai panggilan seorang Imam yang hidup selibat. Yaitu seorang diri yang mau menyatakan diri hidup selibat dan disisi lain tuntutan kebutuhan biologis serta budaya keturunan sepertinya tidak mudah mengapa? Karena harus memurnikan diri, dan memurnikan itu harus memaknai spritualitas hidup dari Yesus Kristus, karena hidup DIA dengan kita berbeda. Maka dalam pergumulan hidup manusia yang panggilan lain terutama panggilan hidup berkeluarga dituntut untuk menghayati hidup Yesus Kristus supaya dalam keluarga itu tercipta rasa aman, damai, dan adil supaya panggilan keluarga juga menjadi kudus.
Mengembangkan panggilan hidup pada setiap orang itu sulit tetapi enak kalau dicerna dengan baik. Dalam rentetan hidup manusia biasa mengalami sebuah pengalaman rasa yakni rasa asam, dan pahit ini menjadi seni hidup yang manusia biasa mengalami mengapa ? karena didalamnya terdapat seni hidup itu sendiri, yang dipraktekkan sesuai dengan kemauan pribadi. Panggilan itu disebut seni hidup karena manusia mengalami pengalaman rasa asam, dan pahit itu sendiri. Asam dan pahit itu kadangkala kita muntahkan cepat atau berusaha supaya cepat telan atau kasi keluar dari mulut, maunya yang manis-manis saja. Tetapi barangsiapa yang mengola pengalaman rasa asam dan pahit ini menjadi rasa manis dialah yang memeroleh panggilan hidup yang murni mengapa? Karena pintar mengola.
Maka untuk mencapai pada panggilan yang murni atau yang hidup, manusia perlu memiliki sikap kreatif yang berakar dalam diri, yang keluar dari hati yang dalam, bukan sekadar kreatif yang seni hidup yang tidak tumbuh karena tidak kreatif dalam hal mengolah. Yesus Kristus pada zaman dahulu atau pada masa hidup-Nya ia mengalami rentetan peristiwa hidup yang rasanya asam, Pahit. Yesus Kristus  Ia mengalami rasa manis ketika mengalahkan maut. Yesus Kristus pintar mengolah karena kasih dari Allah yang diturunkan lewat-Nya itulah yang disebut dengan seni yang hidup, yang tak pernah padam.
Dengan demikian, Allah juga mengasihi kita semua, dan  perlu menyadari akan panggilan hidup yang seni ini. Dan juga marilah mengembangkan panggilan sesuai dengan Iman kita. Milikilah dan bangkitkanlah seni hidup yang hidup itu seperti Yesus Kristus dalam panggilan hidupmu sebagai manusia sejati ditanah ini. Semoga Roh Kudus sebagai kekuatan sekaligus penolong senantiasa membimbing kita dalam menghayati panggilan hidup kita masing-masing.
(*Penulis adalah Mahasiswa STFT Fajar Timur dan tinggal di Wisma Gaiyabi
 Abepura-Papua
 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *