(Sebuah refleksi)
Bagaimana mungkin kita dapat mengetahui kehendak Tuhan? Manusia bukan Tuhan yang memiliki kekuatan, kekuasaan dan kemampuan untuk menciptakan segala sesuatu. Manusia juga tidak dapat membaca dan menentukan “kehendak Tuhan”. Tuhan melakukan sesuai dengan pikiran-Nya. Tuhan bekerja dengan semau-Nya, sesuai dengan kehendakNya. Namun, Marilah kita merefleksikan kehendak Tuhan berdasarkan pengalaman-pengalaman iman umat Perjanjian Lama (bangsa Israel) dan Perjanjian Baru (Jemaat perdana), tetapi juga pengalaman iman umat pada zaman ini.
Kalimat “Perjuangan Papua Merdeka sebagai kehendak dari Tuhan” dapat dilihat dari nilai-nilai yang hendak diperjuangkan dalam slogan “Papua Merdeka” ini. Juga dalam sejarah Tuhan yang mau supaya orang dapat hidup merdeka, tanpa dibebani segala penderitaan dunia. Tuhan yang mau supaya manusia menikmati kehidupan yang penuh perdamaian.
Perjuangan Papua Merdeka
Slogan “Papua merdeka” bukan hal yang baru. Perjuangan ini telah dilakukan sejak tahun 1900-an. Saat mulai ada kesadaran akan jati diri sebagai orang Papua. Ketika ada kesadaran akan ras Melanesia, yang berbeda dari ras melayu dan ras-ras lain yang ada. Perjuangan Papua merdeka terjadi dalam dari berbagai masa, bahkan sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Bapak Natalius Pigai, Mantan Komisioner HAM Indonesia, pernah mengatakan dalam sebuah talkshow di TV bahwa umur perjuangan kemerdekaan lebih dahulu Papua dari pada Indonesia.
Negara Indonesia mengklaim bahwa Papua adalah bagian utuh dari Wilayah Negara Indonesia sejak diadakannya PEPERA pada tahun 1969 yang diikuti oleh hanya 1025 orang untuk seluruh Pulau Papua. Kemudian hal itu dipertanyakan oleh orang Papua karena dilakukan secara sepihak dan dipaksakan. Karena ada perlawanan dari pihak Orang Papua, maka ada berbagai macam operasi militer yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia supaya orang Papua ikut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia dianggap telah melirik kekayaan alam di Papua, kemudian bekerja sama dengan negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Inggris untuk sama-sama menguasai kekayaan alam di Papua. Akhirnya, PT Freeport dengan leluasa menjalankan operasinya di Tembagapura, Kabupaten Mimika. Kehadiran Freeport memperlebar penderitaan bagi Orang Papua. Orang Papua miskin diatas tanahnya sendiri yang kaya. Menurut data Badan Statistik tahun 2019, bahwa Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat termasuk dalam provinsi miskin bertambah di Indonesia.
Kehadiran perusahaan-perusahaan lain di Papua termasuk juga menambah jangka penderitaan orang Papua. Mereka dengan leluasa menguras, merampok dan menghabiskan kekayaan alam milik orang Papua. Menebang pohon-pohon, kebun-kebun sawit yang dulunya adalah tempat jerat, kebunnya orang Papua, kini telah diambil alih oleh para penguasa. Kini, soal Blok Wabu yang dipermasalahkan, dengan cipta kondisi, perang antara OPM dengan TNI untuk mengusir orang Intan Jaya keluar dari daerahnya dan Blok Wabu bisa beroperasi dengan laluasa.
Bukan hanya kekayaan alam Papua saja tetapi Orang Papua juga dibunuh, dirampok, dianiaya dan disiksa. Orang Papua mati terbunuh akibat tembakan senjata, dirampok dan dibunuh di jalan-jalan atau dibuang di tempat lain. Keadaan itu terjadi sejak tahun 1963, saat Papua ingin digabungkan ke dalam Negara Indonesia.
Orang Papua mengungsi ke hutan untuk menghindari tembakan di Intan Jaya, Maybrat, Nduga, Kiwirok. Akhinya kehilangan rumah, hidup menjadi tidak nyaman dan harapan untuk kebahagiaan semakin hilang. Kata Uskup John Philip (alm), Orang Papua tidak bisa hidup tanpa tanah, maka mesti hidupkan TUNGKU API, di rumah, di dusun. Namun TUNGKU API itu sekarang telah dikuasai, dihancurkan dan dirusak. Penderitaan itu semakin bertambah.
Kita menyaksikan sekian banyak penderitaan dan nilai-nilai yang hilang akibat permasalahan ini. Bagaimana kehendak Tuhan atas perstiwa ini? Marilah kita melihat kehendak Tuhan Yesus untuk manusia menderita karena ditindas.
Kehendak Tuhan dalam Sejarah Manusia
Tuhan berkehendak agar setiap manusia hidup dalam kasih dan damai bukan hidup dalam penderitaan. Ia nyatakan dalam beberapa hal di bawah ini;
Pertama, sejarah Bangsa Israel. Kehidupan Bangsa Israel yang kisahkan dalam Al-kitab dapat menjadi tolak ukur dalam soal ini. Mereka diperbudak oleh bangsa lain seperti bangsa Mesir, dibuang ke Babilonia dan sekumpulan penderitaan yang amat memperihatinkan. Di sisi lain Tuhan mempunyai peran penting dalam kehidupan mereka. Tuhan yang mereka sebut Yahwe (YHWH) menjanjikan kehidupan yang penuh makna, yang terbebas dari segala perbudakan dan penderitaan. Yakni di Tanah Kanaan. Di sana terdapat banyak susu dan madu, yakni kebahagiaan, kedamaian dan keadilan. Yahwe bertindak dengan kehendakNya untuk menyelamatkan Bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Ia mau supaya Bangsa Israel mengalami kemerdekaan, kebebasan dan menjalani hidup yang penuh damai dan sejahtera. Yahwe tidak ingin bangsa Israel terus mengalami kehidupan yang tidak damai. Caranya, Yahwe mengutus para nabi untuk menjadi penyambung lidahNya bagi umat Israel. Ada nabi Musa, Elia, Natan, Daniel, Yehezkiel, dll. Para nabi ini terus membina dan mendidik Bangsa Israel untuk tetap teguh pada Yahwe. Satu hal yang penting adalah Tuhan berkehendak supaya ada kemerdekaan hidup bagi Bangsa Isreal.
Kedua, Kehadiran Yesus Kristus. Kepenuhan iman orang kristiani kepada Allah berpuncak dalam diri Yesus Kristus sebagai kepala Gereja. Kehadiran Yesus kristus amat bermakna bagi orang yang kecil, yang direndahkan, tidak dianggap, para janda, orang yag dikucilkan. Yesus menyembuhkan orang yang buta dapat melihat, orang lumpuh dapat berjalan, orang tuli dapat mendengar, orang yang mati dibangkitkan dan sekian banyak mukjizat yang dibuat bagi banyak orang kecil. Ia juga mengajarkan kerajaan Allah kepada banyak orang dimana-mana. Dengan begitu, terbentuklah suatu gerakan di kelompok bawah. Yesus membangkitkan harapan banyak orang yang ditindas oleh kekuatan politik zaman itu. Yesus tampil sebagai “sang pembebas” bagi orang kecil. Leonardo Boff, dalam refleksinya “teologi pembebasan” memperlihatkan diri Yesus yang tampil sebagai pembebas kaum tertindas.
Dengan mempertimbangkan Poin-poin di atas maka Tuhan juga berkehendak agar orang Papua tidak hidup dalam penderitaan seperti pembunuhan akibat penembakan, hak ulayat yang dirampas seperti Bangsa Israel. Yesus berkehendak untuk menyembuhkan luka-luka tembakan, luka-luka penderitaan, mata buta, telinga tuli, lumpuh dan yang miskin. Orang papua mesti percaya bahwa Tuhan sedang bekerja untuk kemerdekaan itu dan mesti pupuk harapan. Berharap selalu agar Tuhan bekerja sesuai dengan kehendaknya (Teologi Harapan)
Sebab, perjuangan Papua Merdeka adalah suatu perjuangan nilai. Perjuangan yang dilandaskan pada kebaikan dan kebahagiaan yang sama diimpikan oleh Bangsa Israel dan umat Yahudi zaman Yesus. Papua merdeka diperjuangkan untuk suatu kebahagiaan, agar orang Papua merasa bahagia hidup diatas tanahnya sendiri. Maka Papua merdeka adalah sesuatu yang Tuhan kehendaki.
Penulis : Fr. Yohanes Kayame ( sedang menjalani masa TOK di Paroki Kristus Penebus Timeepa
Editor: Erick Bitdana