Misa Perdana dan Sinopsis Buku Pastor Yeskiel Belau di STFT Fajar Timur

 Terang ‘Hajii’ Atas Konflik Papua

(* Oleh: Siorus Degei

 
Misa Perdana Pastor Yeskiel Belau, Pr
Rabu, 24 November 2021, bertempat di Kapela Yesus Bangkit Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru Aberpura Papua berlansung Misa Syukur atas rahmat tabhabisan Imamat dari salah satu imam pribumi Papua, asal Suku Migani, Pastor Yeskiel Belau, Pr. Misa syukur dipimpin lansung oleh imam baru, Pastor Yeskiel Belau, Pr sebagai konselebran utama dan ditemani oleh dua imam senior, Pastor Selpius Paapa Goo, Pr dan Pastor Salmon, serta dihadiri oleh semua civitas Seminari Tinggi.

Para Calon imam Keuskupan Timika photo bersama imam baru usai misa Perdana di Kapela Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru (Rabu/24/11/21)

Misa syukur sekaligus Misa Perdana itu berlansung pada Jam 18:00 Waktu Papua. Dalam kotbahnya, Pater Yeskiel (Yesi) sapaan akrabnya memberikan renungan dengan berangkat dari ilham firman Tuhan. Dalam kotbahnya pastor Yesi menegaskan,  bahwa sebagai murid-murid kristus kita harus berani sebab penangkapan, penganiyaan, pemenjarahan, bahkan pembunuhan itu adalah konsekuanesi logis atas eksistensi kita “Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap, dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penajara, dan kamu akan dihadapkan kepda raja-raja dan peguasa-peguasa oleh karena nama-Ku. Saudara-saudara sekalian kata-kata Yesus ini menunjukkan akan apa yang akan dialami oleh diri-Nya, juga murid-murid yang mengikutinya dalam mewartakan dan menyatakan Injil”.
Pastor yang bisa dicatat sebagai Imam Yutuber Pertama Papua ini pun melanjutkan bahwa,  walau akan mengalami semua penderitaan dan penindasan Panjang itu, kita mesti percaya bahwa kuasa Tuhan melalui roh kudus akan senantiasa menguatkan kita “Walau kita mengalami semua cobaan itu, Tuhan akan senantiasa hadir bersama kita, seperti kisah Daniel dalam bacaan pertama yang menunjukkan walau ia menderita ia mampu menfsrikan tulisan dinding Raja Belsyazar dan menjadi Nabi. Juga sebagaiman Martir Andreas Dung berani berkorban demi iman dan memperoleh keselamatan kekal”
Di penghujung Misa Pastor Selpius Goo memberih kesempatan kepada Imam baru untuk memperkenalkan diri. Pastor Yeskiel tampil dan memperkenalkan diri dan sedikit melukiskan perjalanan imamatnya. “Baik terimakaih nama lengkap saya Yeskiel Belau, asal Suku Migani, Intan Jaya, kalua disuruh perkenalkan nama itu saja, namun bila mau mengenal lebih dalam, maka saya duluh setelah tamat Sekolah Dasar (SD YPPK Misael Bilogai) di Kampung, saya memilih untuk melanjutkan Sekolah di Jayapura untuk mendapatkan Pendidikan yang terbaik, pada 2003 melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di Jayapura (SMP Negeri 1 Arso Keerom), dan lulus tahun 2006. Usai menamatkan SMP, saya melanjutkan Pendidikan di Seminari Menegah St. Fransiskus Asisi Waena sebagai Siswa Kelas Persiapan Pertama (KPP). Tahun 2008 masuk di SMA YPPK Taruna Bahkti, dan tamat pada tahun 2011.
Saat itu karena kebijkan Uskup kami, kami yang sudah tamat menempuh Pendidikan di STFT selama setahun (2012). Pada 2013 kami lanjut ke Tahun Orientasi Rohani di Wanggar-Nabire Barat. Pada 2014 melanjutkan Pendidikan lagi di STFT “Fajar Timur” dan tamat pada 2016. Saya menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Paroki St. Fransiskus Obano, Paniai Barat (2016-2017), Tahun Orientasi Karya (TOK) di Paroki Tiga Raja Ketedral, Kesukupan Timika. Dan saat itu kami ada beberapa orang dikrim oleh Uskup kami untuk menlanjutkan Pasca-Sarjannya (S2) di STFT Widya Sasana Malang, Jawa Timur, dan selesai pada tahun 2020. Setelah itu Uskup menasbiskan kami menjadi Diakon, saya menjalani Masa Diakonat di Paroki St. Antonius Padua Bumi Wonorejo, Papua. Dan setelah itu ditahbiskan menjadi imam pada tahun ini (2021).”
Imam baru yang memimpin Ibadah Pemakaman Nopelius Sondegau, korban kontak tembak TPNPB/OPM dan TNI/POLRI ini juga mengucapakan limpah terimakasih kepada semua guru (dosen), pembina, dan karyawan-karyawati yang telah mendukung panggilannya di Kampus dan Seminari. “Saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua Guru (dosen), pembinan, dan mama dapur, baik yang telah meninggal maupun yang masih berkarya, karena telah membesarkan saya disini, saya juga mohon bila ada kesalahan-kesalahan yang saya buat, namun yang pasti saya juga jadi imamkan”
Sambutan kedua disampaikan oleh Rektor Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru, Pastor Max Boaz Pegan, Pr. Beliau menyampaikan bahwa Pater Yeskiel adalah sosok yang tahu berterimakasih kepada Almater dan mampu menafaatkan teknologi sebagai sarana pewartaan. “Terimakasih Pater Yeskiel karena masih ingat sama almamater, rumah kita bersama, yang sudah membesarkan kita, karena tidak semua imam yang ditahbiskan bisa kembali memimpin misa syukur di almamater, termasuk saya, Pater Sego, Pastor Salmom, Pastor Dago, dan Pastor Martin, tetapi kami kembali datang untuk jaga rumah, jadi kalua tidak mau mengaja rumah lebih baik datang syukuran di rumah” lanjut Pater Max yang gemar lawak ini “ Satu hal yang patut dicontohi dari Pastor Yeskiel adalah memanfaatkan teknologi sebagai bukan saja sarana pewartaan, tetapi juga sebagai sarana untuk membagikan informasi-informasi baik. Mungkin Pastor Yeskiel adalah Pastor Yutuber Papua pertama megalakan Pastor Martin”
Kesempatan terkahir dipercayakan kepada Pastor Yan Matopai You, Ketua Sekolah STFT “Fajar Timur”, mewakili para dosen, dengan penuh rasa syukur dan kebanggaan, beliau menyampaikan bahwa rasa syukur dan banggsa dari seorang guru ialah ketika melihat anak-anak muridnya sukses.“Rasa syukur dan bangga dari kami para guru adalah ketika melihat murid-murid kami sukses menjadi imam, presiden, gubernur, bupati, dan lainnya, itu merupakan rasa kebanggaan tersendiri dari Kami.” Tambahnya “Pastor Yeskiel adalah satu orang dari sepuluh orang kusta yang kembali dan berterima kasih kepada Yesus, ia masih ingat almamater yang telah membesarkannya, terimakasih Pastor Yeskiel, doa dan dukungan kami para dosen selaluh bersamamu, saya juga akan menyampaikan ini kepada para dosen yang lainnya, sebab karena situasi tidak semuanya bisa hadir”
Setelah sambutan dari Ketua Sekolah, Misa ditutup dengan berkat penutup, namun sebelum itu Pastor Yeskiel menambahkan satu hal bahwa sebagai bentuk rasa syukurnya kepada almamater yang telah membesarkannya ia akan menyumbangkan lima buah buku yang ditulisnya sendiri. Usai berkat penutup acara dilanjutkan dengan makan malam bersama. Opening makan malam bersama diawali dengan penyerahan simbolis buku dari Pastor Yeskiel kepada Pastor Yan Youw.
Sinopsis Buku Pastor Yeskiel Belau: ‘Hajii’ Soteriologi Suku Migani Papua
‘Hajii’ konsep keselamatan Suku Migani, Papua, telah lama hidup, sebelum mereka mengenal Krsitus. Sebelum Misionaris nasuk ke Tanah Migani, Intan Jaya. Suku Migani telah menggalami segala kehidupan ‘Hajii’, situasi keselamatan, baik sementara (aepa hitia) maupun yang kekal (hajii anilo). Keduanya menggambarkan bentuk kebanggaan hidup dan keselamtan Suku Migani yang sangant khas. Konsep ‘Hajii’, yang terungkap dalam buku ini berasal dari Emo (Yang Ilahi) telah menjadi bagian integral dari orang-orang Suku Migani. Mereka meyakini Emo telah menjadi kehidupan Jiwa dan Raga. Nenek moyang Suku Migani telah mengalami kehidupan ‘Hajii’ itu di Hajii Emo (Paradipa). Sayang, generasi selanjutnya tidak mengalaminya lagi karena keadaan hidup seperti sudah hilang.
Kisah mengenai kehidupan Hajii ini dikisahkan lewat Mitos Hajii Haga, yang digambarkan bahwa keadaan Hajii itu sudah jatuh ke dalam air, dan air itu sudah membawanyan pergi. Namun, suatu saat ia akan kembali seperti semula, dan hidup Hajii pun kembali. Buku ini telah memperkenalkan Suku Migani dan menjelaskan konsep keselamtan haji, dan bagaimana Kistenisasi pada masyarakat Suku Migani berlansung secara inkluturasi budaya. Hajii Suku Migani dan Gereja, keduanya saling berjumpa dan menerima, hingga menyatu. Itulah, kenapa haji terus bertahan ketika Gereja Katolik terus berkembang saat ini di Intan Jaya, Papua.
Andika Prakasa dan Listo Sigit Prabowo: Pahamlah ‘Hajii’ Demi Perdamian Intan Jaya
Belakangan ini, mulai dari tahun 2018 hingga 2021, salah satu wilayah Papua yang paling ekstrim menjadi medang perang TNPB verusu TNI-POLRI ialah, Intan Jaya, dan menyebabkan 5. 859 jiwa mengunsi, 32 meninggal, dan 5 orang hilang didugs diculik oleh TNI-POLRI, salah satunya atas nama Bernardus Bagau telah ditemukan tewas mengenaskan pada 15 Novemebr 2021 di Kampung Kembetapa-Bilogai, Intan Jaya. Terhitung Terhitung ada empat kasus kemanusiaan yang tercantol sebagai pelanggaran HAM berat. Pertama, Kasus Pembunuhan Pdt. Yeremia Sanambani, Pembunuhan Katekis Rufinus Tigau, Pembunuhan Anak Nopelius Sondegau, dan Pembunuhan Mama Agustina Ondou. Keempat korban penembakan dari Tentara Nasional Indoensia ini adalah murni warga sipil. Namun, penyelesaiannya hingga kini abu-abu, bakahn hitam, hukum pun menjadi ‘difabel’. Malah, dengan gampannya pihak pelaku TNI-POLRI meminta maaf, mangkali mereka berpikir bahwa Orang Papua itu adalah umat Kristiani yang tulen melafalkan ajaran Cinta Kasih Kristus, yang didalamnya tentunya ajaran untuk saling memfaafkan, terlebih kepada musuh, (Matius, 5:43-44).
Selain meminta maaf, sebagai gelagak politik cuci-tangan ala aparat keamana RI yang mubasir, juga datang angin segar dari Panggilma TNI RI yang baru Andika Prakasa dengan bersolider dan bersiner dengan Listo Sigit Prabowo, KAPOLRI, (Baca. https://suarapapua.com/2021/11/24). Bahwa keduanya akan mengubah pendekatan represif-militeristik, kekerasan-peperangan, dalam menagani konflik Papua, dengan pendekatan yang lebih persuafif-humanistik, dialog atau dalam kamusnya; Pendekatan Pembinaan Teritorial. Puji Tuhan etikat baik dari Andika tersebut disambut hangat oleh Pangdam Cenderawasi Papua, lantaran pihaknya juga capek berperang meluluh, namun masalah tidak pernah habis-habis (Baca. https://nasional.tempo.co. Kamis, 25-11-2021), malah korban berjatuhan terus dan pengungsian kian massif. Namun selama ini upaya ini ditempuh secara inklusif TNI/POLRI tanpa melibatkan instansi-instansi kemanusiaan Negara, KOMNASHAM, (Baca. https://www.cnnindonesia.com. Kamis, 25-11-2021).
Dialog Damai Sebagai Manifestasi Konkrit ‘Hajii’
Sejatinya upaya Jenderal Andika Prakas dan Listo Sigit Prabowo, KAPOLRI, sedang mengalami krisis subtansi hidup, sebab semacam ‘Babigun’ dalam mencari resolusi konflik Papua, padahal resolusinya sudah ada dan tinggal didukung dan didorong, yakni Dialog Damai yang sudah dirancan baik oleh Pater Neles Tebai (alm), Imam dan Cendekiawan terkemuka asal Papua (Penulis Buku, Dialog Jakarta-Papua: Sebuah Prespektif Papua, 2009) dan sahabat karibnya Dr. Muriddan Widjojo (alm), Peneliti Senior dari LIPI (Editor Buku, Papua Road Map, 2009).
Sekarang begini, kira-kira apa bedanya coba, Dialog Damai dan Pendekatan Pembinaa Teritorial? Jika dilihat dari karakter kasus Papua, mana yang lebih layak, muakhir, ilmiah, dan kontekstual? Perluh diketahui bahwa Resolusi Dialog Damai itu lahir melalui sebuah preses studi komprehensif yang berlangsung lama, luas, mendalam, alot, dan runtut, hasilnya bisa dibaca dalam dua buku di atas. Bukan lahir dalam waktu senggan, sebagaimana Pendekatan Pembinaan Teritorial, malahan Andika Prakasa dengan percaya diri yang ‘lupa diri’ mengatakan akan melahirkan resolusi konflik pada Minggu depan di Papua, semudah itukah?
Penulis sangat yakin bahwa sebagus apapun resolusi yang akan dihasilkan oleh Andika Prakasa, Listo Sigit Prabowo, Ignatius Yogo Triyono (Pangdam Papua) dan entek-enteknya tidak akan pernah menlahirkan “Papua Tanah Damai”, malah akan melahirkan maslah-maslah baru lagi yang lebih brutal, fatal, dan radikal. Sebab selain “Dialog Damai” tidak ada resolusi konflik lainnya yang “teramat paham” esensi dan subtansi “Karakter Kasus Papua” Jadi sia-sia saja pendekatan Pembinaan Teritorial itu tanpa mengindahkan Konsep dan Mekanisme “Dialog Damai” rintisan Pater Neles Tebai dan Dr. Muriddan Widjojo. Pendeknya Dialog Damai Sebagai ‘Hajii’ atau Dialog Damai Merupakan Manifestasi Konkrit Dari Falsafah ‘Hajii’. Ada satu hal yang hendak penulis rekomendasikan, yakni;
Joko Widodo, Mafud MD, Andika Prakasa, dan Listo Sigit Prabowo untuk tidak ‘Babigun’ dalam mencari resolusi konflik Papua dengan mempromosikan treatment-treatment abal-abal atau resolusi gadungan, semisal Pendekatan Pembinaan Teritorial dan sejenisnya, melainkan sudah saat untuk mendukung dan mendorong terciptanya Dialog Damai Antara Pemerintah Indoensia dengan United Liberation Movement For West Papua (ULMWP) sebagai delegasi resmi Rakyat Papua dan difasilitasi oleh Jaringan Damai Papua, dengan Pater John Ricard Bunai, Pr sebagai Koordinator, dan Jaringan Damai Jakarta, dengan Ibu Adriana Elisabet sebagai Koordinator, serta dimediasikan secara Internasional oleh PBB.
Penulis Adalah Mahasiswa STFT “Fajar Timur” Abepura-Papua
Editor: Erik Bitdana
 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *