Oleh Yuvensius Migani Belau
alumnus STFT Fajar Timur, Sedang menjalani Tahun Orientasi Pastoral
Panggilan hidup adalah pilihan. Pilihan itu harus dan selalu dibaharui melalui transformasi dan perubahan diri dalam hidup sehari-hari. Menjalani panggilan adalah suatu cita-cita, impian dan harapan seseorang dalam menjalani hidup dalam bentuk apapun sebagai makluk sosial. Pilihan hidup merupakan sesuatu bidang yang dijalani dan didalami secara bebas dalam hidupnya. Hal ini ditekankan juga dalam Konsili Vatikan II melalui Konstitusi Dogmatik Gereja Lumen Gentium (GS) bahwa “Semua orang beriman, dalam keadaan dan status manapun juga, dipanggil oleh Tuhan untuk menuju kesucian yang sempurna seperti Bapa sendiri sempurna, masing-masing melalui jalannya sendiri”(LG.11). Oleh karena itu, hal yang hendak dijalani dan ditekuni sebagai sebuah panggilan perlu dijalani dengan penuh bijaksana dengan iman.
Kebijaksanaan diri dalam menjalani panggilan merupakan sesuatu yang ada dalam diri manusia sejak dibentuk oleh Allah melalui kedua orang tua. Oleh karena itu, setiap orang terus dipanggil untuk maju dalam situasi apapun dan untuk membangun kehidupan yang sesungguhnya. Dalam menjalani panggilan hidup setiap orang memiliki hak dan kebebasan untuk menemukan panggilan hidup secara penuh. Ungkapan ini berarti bahwa sejak kita dibentuk, panggilan Allah itu sudah ada dalam diri kita. dan bagaimana kita berjuang untuk mempertemukan nilai panggilan yang sesungguhnya dalam hidup sehari-hari. Namun untuk mempertemukan diri setiap orang dipanggil dan dituntut untuk memahami panggilan hidup itu dengan membangun relasi bersama Allah, agar setiap kita mudah mempertemukan nilai hidup yang kekal. Artinya bahwa setiap kita semua diajak oleh Yesus Kristus untuk berjuang membangun hidup yang layak sebagaimana yang diharapkan oleh-Nya sebab “semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (bdk.Yoh 20:30). Nasehat Injil ini mengajarkan kepada kita supaya percaya dan yakin bahwa kita selalu dituntun oleh-Nya dalam menjalankan panggilan hidup kita sebagai anak-anak-Nya.
Setiap kita dituntun oleh Roh Kudus dalam menjalankan panggilan hidup kita secara langsung maupun tak langsung melalui keterlibatan diri kita yang sesungguhnya. Keterlibatan diri dalam membangun relasi bersama-Nya dan sesama kita adalah suatu nilai yang penuh rahmat. Melalui rahmat dan anugerah kasih Allah itu, hendaknya kita semua dipanggil untuk memaknai hidup secara penuh bijaksana serta bertanggung jawab sebagai tanggapan atas kasih Allah itu dalam hidup keluarga, komunitas dan lingkungan masyarakat dimana kita hidup dan ada secara tulus dan rendah hati. Keterlibatan diri dalam membangun sukacita kasih Kristus menjadi sebuah harapan baru untuk memperoleh keselamatan dan nilai hidup yang sesungguhnya. Kita semua dipanggil untuk membangun iman dan sukacita kasih Injil dalam hidup bersama dengan orang lain, karena kehidupan itu sangat berharga bagi manusia. Artinya bahwa kehidupan manusia itu mempunyai cita-cita, rencana, dan tahu mau kemana tujuannya.
Mengapa demikian? karena iman dan sukacita kasih Allah merupakan sebuah kegembiran yang mendorong setiap kita untuk membagun hidup yang damai. Kedamaian hati dan jiwa menghantarkan diri kita pada panggilan hidup yang sempurna, sebagaimana yang diharapkan oleh kita semua dalam membangun iman untuk memperoleh harapan hidup yang bermartabat. Oleh karena itu, perlunya kita bersama membangun iman yang bersolider dan membangun persekutuan cinta kasih Kristus. Sehingga kehidupan panggilan dapat terlaksana sebagaimana mestinya dalam membangun hidup persaudaran sebagai saudara dan saudari dalam cinta kasih Kristus yang menyelamatkan.
Panggilan itu merupakan sebuah pilihan yang dijalani oleh setiap manusia untuk menemukan nilai hidup yang sebenarnya. Kesempurnaan dan ketulusan hati dalam memperjuangkan nilai kehidupan manusia itu sendiri dan berjuang untuk mempertemukan nilai-nilai positif yang mendorong dan mendukung panggilan untuk membangun relasi dan komunikasi bersama-Nya. Oleh karena itu, pilihan panggilan itu, hendaknya dijaga sebaik mungkin sebagaimana mestinya. Semuanya itu didukung oleh ketulusan hati yang penuh bertanggung jawab atas panggilan kudus yang dibelikan oleh cinta kasih Kristus yang menyelamatkan. Kerendahan hati mengajarkan kita untuk tabah dan setia menghadapi semua tantangan hidup dalam menjalankan panggilan hidup kita dengan tekun dan berwaspada terhadap arus pencobaan hidup itu. Semuanya itu kita serahkan kepada Tuhan Yesus melalui keterlibatan kita yang sesungguhnya, bahwa Dia-lah sang penolong sejati yang kita miliki dan kita andalkan dalam hidup panggilan kita setiap waktu.
Akhir refleksi ini, saya mau mengajak kita semua bahwa Tuhan memanggil saya dan anda untuk mewartakan Injil. Injil merupakan kabar sukacita dan kegembiran yang memiliki sumber kehidupan dalam panggilan kita sehari-hari, Tuhan Allah mengajak kita untuk “Bersukacitalah dan bergembiralah”(Mat 5:12), sehingga panggilan Tuhan itu terus dikembangkan dan direalisasikan dalam hidup sehari-hari kita sebagaimana mestinya.