Mengenang kepergianmu di tahun yang ke-2 Sang Misiolog sejati Papua
Kebadabi Wafat ditengah Serigala
Kebadabitu dicurigai
Kebadabi itu didemo
Kebadabi itu ditolak
Kebadabi itu dibenci
Kebadabi itu dihina
Kebadabi itu diteror
Kemanusiaanya itu dikotori
Oleh naluri sesaat yang tidak sehat
Perdebatan pun muncul
Jubahnya diundikan
Setelah kepergiannya
Hembuskan nafas akhir
dipenjara serigala berbulu domba
Mama menangisi kepergiannya
Menahan perih dalam genggaman
Rasa duri dalam jubah
Suara altar merobek setiap kegelapan
Gelap atau terang semua tentang perdamaian
Cendrawasih berbuluh indah sedih
Tangisan kemanusiaan pun disalah artikan
Bumi cendrawasi dijarah terjitu
Namun kebadabi terus menyapa hangat
Mari kitorang bicara sudah….
Tanah itu longsor tragis
Lonceng kematian tanda duka
Tangisan dan airmata tidak henti-henti
Aktifis damai merasa sedih dan kehilangan
Umat Kristiani terasa dibungkam suaranya
dengan kegiatan duka dan duka
Akankah ada harapan?
Perjuangan damai itu berat
Itulah Salib yang harus pikul
Masuk di gerbang Yerusalem Baru
Makamkan di bukit genius
Dia ada untuk selamanya
Itulah bukti panggilan ilahi
Kaula misiolog Papua sejati
Hadir membuka pintu kehidupan
Bagi bangsamu yang kau pujah
Kini dan selamanya.
Gaiyabi, 14 April 2021
Karya: Sebedeus G. Mote