MENEMUKAN YESUS DALAM TARI TIIH SUKU WALSA

oleh : Dedi Dores May

Mahasiswa STFT Fajar Timur

Pendahuluan
Orang Papua meliliki kebudayaan  yang begitu banyak dan beraneka ragam, yang dapat mewarnai dan menghiasi tanah Papua, dengan tari-tarian dan nyanyi-nyanyian, Dari setiapa suku dan bangsa Papua. Dan begitu pula Suku walsa memiliki kebudayaan tari (Tiih) yang dapat membantu masyarakat sekitar untuk dapat berkembang dan mempertahankan, budayanya dengan cara mengembangkannya dan mempertahankan sebagai, kekuatan hidup demi memuji dan memuliahakan nama Tuhan.
Yang di wariskan oleh para tete, nene moyang sejak dahuluh. Tari tiih adalah pemberian dari Tuhan Allah, untuk membantu suku walsa dalam penyembuhan orang-orang sakit. Dalam lingkunggan setempat, ada beberapa tari yang sanggat membantu masyarakat setempat dan yang sering dipentaskan adalah tari Tiih. Tari tiih ini sudah menjadi punjak dalam kepercayaan suku walsa, dalam  penyembuhan orang-orang sakit dengan menggunakan obat tradisional yang berasal dari alam sekitar. Oleh karena itu, tari tiih sudah dikembangkan sejak dahuluh hingga jaman sekarang. Dan ini sudah menjadi dasar hidup yang turun temurun. Hingga di jaman moderen masih di pertahankan dan dikembangkan dalam acara-acara tertentu selain dalam penyembuahan/pengobatan secara tradisional.
 

  1. Tari (Tiih) yang menyerupai Yesus

Tari  tiih ini yang disebut dalam bahasa melayu adalah (dewa ) , penyembuh telah di temukan sejaak dahuluh oleh para leluhur dan para moyang suku walsa pada beribu tahun yang lalu, melalui mimpi, yang diwariskan dan  diImani. Tari-tiih dianggap sebagai Yesus atau Tuhan Allah yang membawa kesembuhan bagi orang sakit. itu sudah menjadi dasar kepercayaan  dan pegangan hidup masyarakat setempat, dan dalam kehidupan pada umumnya untuk suku walsa. Maka dari itu  sudah menjadi dasar dalam kehidupan dan kepercayaan suku walsa, yang tidak bisa dapat diubah lagi. Dan menjadi pedoman kepercayaan atau religi, organisasi sosial, dan lainya sebagai langsung memberikan pengaruh terhadap  kesehatan pada masyarakat setempat.  Dan dengan individu yang lain, yang menangapi masalah kesehatan bagaimana dapat mengembangkan kesehatan berdasarkan Antrapologi suku walsa, tersebut dalam sebuah lingkungan yang dapat memberikan pemahaman kesehatan secara kultural.
Masing-masing kelompok atau setiap kampung yang ada di suku walsa  mendiami tari  tiih ini sebagai kesehatan tradisional yang di imanni. Sehat dan sakit itu dapat di menentukan dalam prilauku manusia itu sendiri atau di dalam kelompok, dan lingkungkan setempat yang melakukan suatu pelangaran atau melewati suatu aturan yang yang sakral dan tidak boleh harus dilakukan atau di perbuat oleh setiap orang atau kelompok tersebut. Tari tiih yang diadakan dalam beberapa penyembuhan orang sakit, yakni ibu hamil, badan banka-bangka, tulang belakang, badan kurus, berdasarkan kepercayaan orang suku walsa bahwa itu adalah ganguan dari roh jahat atau dari alam sekitar yang dapat mengangu orang  yang sedang mengalami penderitan sakit.
Baik yang dilihat secara fisik maupun secara Rohani,  melalui mempi atau penglihatan, maka hal mencari tahu tentang orang sakit. Sudah  menjadi suatu hal yang  biasa dalam mencari tahu tentang penderitan orang yang sakit dan penderitan sakit apa yang dialaminya atau roh jahat apa yang dapat menganggu orang sakit tersebut.  Karena apa orang sakit dapat tergangu, dalam mencari tahu sakit tersebut sering diadankan suatu pertemuan kelompok dalam pertemuan tua-tua adat atau bersama kepala suku. Dalam wilayha sekitar itu, dalam pertemuan mencari tahu tentang penderitan sakit yang orang tersebut dapat mengalaminya, dalam mencari tahu tentang sakit yang dialami oleh orang tersebuat yang muncul dalam pembahasan atau disiskusi tersebut adalah kalimat pertanyaan-pertanyaan.
Yakni orang itu atau orang ini sakit kenapa, apa yang membuat dia sakit, kemana yang pergi hingga dia sakit, dan apa yang dia lakukan dan apa pemyebabnya hingga dia sakit. Setelah munjul pertanyaan-pertanyaan tersebut laluh  diadakan diskusi bersama tentang orang yang mengalami sakit tersebut baik dalam keluarga, dalam kelompok dan  lingkunggan tersebut. Hingga mendapatkan jalan keluar atau solusi untuk pengobatan secara tradisional.
 
 
.

  1. konsep sehat

Jika manusia ingin sehat maka manuisa menjaga dirinya sendiri dari segala marah bahaya, dan menjaga diri dari segala gangguan serta menggikuti aturan hidup yang berlaku dan yang sudah tercantum dalam Gereja dan sepuluh perintah Allah yang pertama, berbunyi “jangan menyembah berhalah berbakti kepadaKu saja, dan cintailah Aku Tuhan Allahmu lebih dari segala sesuatu.” Sepuluh perintah Allah mengingatkan semua manusia untuk hidup sesuai dengan aturan yang mana Tuhan Allah sendiri telah menetapakan-Nya dalam segala aspek yang berlaku dalam kehidupan manusia. Dan begitu pulah suku walsa yang mendiam tari Tiih yang relevannya adalah suku walsa harus hidup sesuai dengan aturan dan ajaran budaya yang berlaku dalam suku walsa. Sebagai manusia berbudaya semestinya harus tahu tentang budayanya dan ajaran yang berlaku dalam suku walsa sediri dan terutama bagi suku walsa yang mempunyai tari tiih,  tahu bahwa apa yang saya harus perbuat dan apa yang tidak boleh saya perbuat dalam kehidupan saya sehari-hari.

  1. Kesehatan dan religi

Manusia sebagai ciptaan Tuhan mempunyai kemampuan berpikir dan bertindak secara objektif. Dalam arti manusia tahu yang mana, yang buruk dan baik bagi dirinya. Terutma dalam hal kesehatan dan religi yang ia peroleh dalam hidupnya, segala sesuatu yang dijalaninya dengan penuh kesadaran, tahu dan mau.  orang yang percaya akan Tuhan dan alam ciptaan-Nya ia pasti sehat dan jika ia sakit ia akan sembuh dari sakitny, dan terpelihara atas apa yang Tuhan Allah sendiri berikan, sebagai manusia lemah memang tidak bisa dapat terkontrol atas segala prilaku hidup yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, kepercayan juga membawa setiapa orang untuk dapat mengimani apa yang di tetapkan oleh Tuhan Allah dan  para leluhur, maka itu menjadi sebuah warisan yang turun temurun hingga saat ini. Mengimani juga dapat membawa orang dalam  kedewasaan dalam perilaku hidup yang matang agar kehendak Tuhan dapat terlaksana dengan baik, dan terpelihara.

  1. Menyatuh dengan alam

orang yang sembuh dari sakitnya ia hendak menjaga dan melestarikan alam ciptan Tuhan, sebagai rasa bersyukur dan hormat kepada Tuhan, ia juga mengembangakan dan menjaga alam sekitar  dengan sebaik-baiknya. Tumbuh- tumbuhan juga adalah bagian dari ciptaan Tuhan, dan segala yang ada di bumi  milik kepunyaan Tuhan maka dari itu manusia juga bergantung pada alam sekitar, yang menjaga dan memilihara, bukan menghancurkan alam sekitara karena, selaga yang ada di hutan, diair, digunung, dibatu, dipohon-pohon dan di tanah semuanya adalah bermanfaat dan berguana dan saling bergantung, manusia menjadi penguasa di alam sekitar  karena semua bergantung pada satu sama yang lain.

  1. keutuhan akan religi

Terpelihara dalam setiap orang yang percaya bahwa, Tuhan itu hadir dalam setiap pribadi. melalui orang-orang yang dipercyakan baik itu manusia itu sendiri, maupun dengan individu yang lain. Kekompakan dan kerja sama dapat membangun keutuhan yang baik dalam setiap perjuangan hidup yang dapat di bangun dalam suku walsa, yang satu dan keutuhan akan  yang lain, menghidupkan suasana dalam membangun relasi atau suatu persoalan masalah yang dipecahkan itu sebagai obyek dalam memecahkan suatu persoalan.
Disitulah semua orang terlibat dalam mencari jalan keluar, bagaimana dapat menemukan solusi tersebut. Dalam memecahakan persoalan misalnya orang sakit yang harus di sembuhkan atau bagaimana ia dapat mengalami sebua penderitaan sakit , duduk bersama dan memecahkan masalah tersebuat dalam hati yang tenang dan pandai melihat situasai yang dapat diatasinya dalam diskusi bersama, hingga mencapai tujuan yang hendak di capainya dalam keutuhan tersebut membangun satu sama yang lain.

  1. Yesus hadir dalam tari Tiih

Tari-Tiih dipandang sebagai Yesus Kristus yang hadir ditengah-tengah masyarakat, dan ia membawa, kehidupan baru bagi setiap manusia yang membutuhkannya, terutama bagi orang-orang sakit. Yesus menyujudkan pewartaan awal yang Ia sampaikan dalam kitab yesaya, bahwa Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh karena itu ia telah mengurapi Aku, Ia telah mengutus Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberikan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara (Yes 61:1). Tari tiih dipandang sebagai Yesus yang hadir dan membawa kebebasaan bagi orang-orang sakit dan orang-orang yang sengsara dengan penyakit lainya, misalnya, ibu hamil yang susah melahirkan, atau seorang perempuan yang menderita pendarahan. Di dalam Suku walsa dan Suku lainya yang ada di Waris mengimani Tari Tiih sebagai, budaya yang menyelamatkan manusia dari kesengsaraan dan keterburukan, maka itu Tari tiih tetap di jaga dan di wariskan turun-temurun agar, untuk mengembangkan dalam kehidupan sosial, religi dalam budaya suku walsa untuk tetap menjaga dan melestarikan untuk tetap hidup.
 
Penutup
Pada umunya orang Papua terdiri dari aneka ragaman budaya memiliki pengetahuan tentang mengatasi berbagai masalah kesehatan yang secara turun temurun di wariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Dan begitu pula suku walsa yang  tahu tentang mengatasi masalah kesehatan yang berada di daerah suku walsa, yang lebih cendrung mengunakan  pendekatan tradisoanal factor-faktor kebiasaan, lebih percaya pada kebiasan, leluhur, dukun, kerabat yang berpengalaman mengatasi masalah kesehatan secara tradisional, mudah dijangkau dan pengetahuan penduduk yang masih berorientasi tradisional. Sebagian  besar suku walsa masih percaya pada  penyakit disebabkan  adanya intervensi dari kekuatan gaib, Roh jahat, suanggi. Yang semuanya dapat diatasi dengan pengobatan tradisional, yakni melalui pementasan tari Tiih penyembuh  yang membawa obat yang ampuh dan dapat mengatasi segala penyakit yang menyerang orang yang sakit.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *