KELUARGA DIPANGGIL UNTUK SALING MELAYAN

 
Oleh: Yuvensius Belau
Dalam Refleksi ini, penulis menjelaskan bagaimana setiap keluarga menghayati panggilan dan keluarga dipanggil untuk saling memberbagi sukacita Injil serta saling melayani dengan sesama. Panggilan keluarga itu beranjak dari panggilan Kudus Allah sendiri melalui hidup sehari-hari. Dengan demikian keluarga dipanggil untuk mewartakan cinta kasih Kristus dalam setiap hidup keluarga mereka. Oleh karena itu, Refleksi ini berangkat dari Injl Yohanes: “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah keperbuat kepadamu” (Bdk.Yoh 13: 14-15). Artinya bahwa panggilan keluarga itu sungguh menyadari panggilan iman dan hidup keluarga itu merupakan anugerah dan rahmat kasih Allah yang hidup.
Maka itu keluarga-keluarga dipanggil dan mengarahkan pandangan mereka untuk saling melayani dan membagikan cinta kasih Kristus dalam hidup bersama keluarga, lingkungan masyarakat, untuk membangun persekutuan Gerejawi yang kudus. Keluarga adalah tempat dimana membagikan dan melayani sesama dalam terang Injil melalui hidup Gereja. Dengan itulah keluarga-keluarga dipanggil untuk mewartakan serta melayani dan membagikan sukacita kasih Allah dengan penuh rendah hati. Keluarga dipanggil untuk saling melayani dan saling membangkitkan semangat hidup Gereja; bersama keluarga dilingkungan masyarakat. Oleh karena itu, Paus Fransiskus dalam Perayaan Hari Doa Panggilan Sedunia Ke 56 berpesan bahwa “Panggilan adalah insiatif cinta Allah yang menjumpai kita dan mengundang kita untuk ikut ambil bagian dalam suatu pekerjaan besar” (Paus Fransiskus, 2019).
Panggilan keluarga hendaknya dipanggil untuk menemukan kembali nilai hidup keluarga yang sesungguhnya, serta mereka (keluarga) menyadari bahwa mereka adalah subjek utama dalam mewartakan nilai sukacita Injil dalam hidup keluarga dan lingkungan masyarakat sebagai anggota Gereja yang sejati. Artinya bahwa setiap keluarga maupun setiap pribadi orang dipanggil untuk saling melayani dan berbagi sesama, karena Yesus sendiri memberikan teladan kepada kita untuk mempertekkan dalam hidup sehari-hari kita. Saling melayani dan mengasihi berarti setiap kita diajak untuk turut mengambil bagian dalam hidup panggilan kita masing-masing terlebih khusus pada kehidupan keluarga sebagai Gereja kecil. Oleh karena itu, Yesus melalui Sabda-Nya memberikan suatu perumpamaan dan perintah supaya saling mengasihi dan saling melayani “Supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh.15:12). Nas Kitab Suci ini, beranjak dari konteks kehidupan kita manusia, supaya melihat diri orang lain itu merupakan bagian dari diri kita sebagai sesama ciptaan yang lain.
Melalui keluarga kita dipanggil untuk menemukan kembali nilai-nilai hidup, berdasarkan pada sumber Injil yang hidup yaitu Yesus sendiri. Kita semua dipanggil untuk saling berbagi, melayani dan mendampingi dengan penuh kasih, bahkan dalam keprihatinan mereka, dengan memberi mereka keberanian dan harapan yang berasal dari kerahiman Allah. Dan memberikan mereka kekuatan serta membantu untuk memahami panggilan hidup mereka, supaya tetap setia menghayati panggilan sebagai anugerah Ilahi yang membebaskan. Panggilan itu mengarah pada kehidupan sehari-hari, untuk tetap teguh dan berkeyakinan bahwa keluarga adalah karunia Allah, di mana Ia menyatakan kuasa rahmat-Nya yang menyelamatkan. Maka keberadaan dan kehadiran keluarga-keluarga serta peran dalam kehidupan itu merupakan suatu sumbangan yang berharga dalam hidup bersama orang lain.
Keluarga melalui Gereja dipanggil untuk memberikan bimbingan kepada keluarga-keluarga dalam menghayati agama mereka agar mengarah pada nilai cinta kasih Injili sebagai sumber keselamatan sejati. Maka itu, keluarga dipanggil melalui Gereja untuk saling melayani dan saling mewartakan nilai sukacita Injil yang menyelamatkan dalam hidup panggilan keluarga dan sesama kita. Oleh karena itu, panggilan kita melalui Gereja menjadi suatu acuan diri manusia untuk memahami dan menghayati nilai belas kasih Allah dalam membangun sukacita nilai Injil yang hidup dalam diri keluarga sebagai bait Allah yang kudus. Dalam konteks ini keluarga dipanggil secara khusus sebagai sumber daya utama dalam membangun sukacita kasih Kristus dalam keluarga-keluarga. Artinya bahwa melalalui Gereja, keluarga-keluarga dipanggil untuk mengajarkan, membimbing dan mengarahkan hidup panggilan mereka pada Allah dengan penuh kasih.
Dalam situasi dunia kehidupan pada zaman sekarang ini sangat memperhatinkan. Karena kehidupan keluarga pada zaman ini dipengaruhi oleh berbagai macam arus tantangan yang terus meningkat dalam kehidupan keluarga misalnya; penceraian, dunia hiburan yang terus meningkat membuat kehidupan keluarga tidak menyadari adanya nilai kebersamaan dalam keluarga, pekerjaan dan berbagai macam tantangan lain yang menyebabkan hilangnya nilai kesetiaan dan tanggung jawab kepada keluarga. Hal-hal ini membuat keluarga tidak merasa adanya tugas dan tanggung jawab kepada keluarga, akhirnya hilangnya nilai kebersamaan dalam keluarga. Persoalan lain yang menghambat keluarga kurang berkembang adalah mereka tidak ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan Gereja yang mendukung panggilan hidup mereka sebagai sesuatu yang bernilai dan bermodal bagi kehidupan panggilan mereka. Hal lain adalah kurang adanya keterlibatan diri mereka dalam keluarga dan lingkungan masyarakat serta kegiatan mereka membuat diri mereka sulit berkembang dan sulit mengikuti perkembangan zaman itu semua terjadi karena kurang adanya keterbukan diri atas semua situasi yang sedang terjadi dan berkembang ini.
Melalui Gereja keluarga-keluarga dipanggil untuk saling melayani dan membagikan sukacita kasih Allah dalam hidup bersama dan dipanggil untuk membangun persaudaran sejati. Melalui pelayan pastoral mereka dipanggil untuk membimbing dan mengarahkan mereka untuk menghayati nilai hidup panggilan mereka dengan setia dan bijak dengan hati yang terbuka. Oleh karena itu, keluarga-keluarga dipanggil untuk saling mendukung dan saling membagikan serta saling melayani antara satu dengan yang lain di dunia yang sedang berubah-ubah ini. Semua hal ini akan berdampak pada kehidupan keluarga merasa kehilangan nilai kebersamaan dalam keluarga dan kurang adanya tanggung jawab yang lebih baik dan benar dalam keluarga.
Akhirnya keluarga-keluarga kurang menyadari adanya tanggung jawab yang serius, membuat mereka tidak peduli atas tugas dan tanggung jawab utama mereka dalam keluarga sebagai Gereja kecil. Semuanya ini terjadi karena keluarga-keluarga kurang menyadari adanya keseriusan serta kepercayaan diantara sesama keluarga untuk membangun persatuan dan kesatuan dalam keluarga. Maka itu keluarga-keluarga dipanggil secara khusus untuk menghadapi dunia modren ini dengan hati yang terbuka dan sunngguh-sungguh menghadapi semua tantangan dengan hati dan jiwa yang terbuka dalam hidup keluarga. Dan saling mendukung serta saling membagikan sukacita kasih Allah dalam keluarga dengan tulus hati, dan mengutamakan nilai belas kasih Allah dalam diri hidup keluarga dan bermasyarakat dan saling memberi diri untuk di bimbing dan diarahkan hidup bersama.
Akhir dari refleksi ini, melalui keluarga dipanggil untuk mewartakan sukacita kasih Kristus dalam hidup sehari-hari, dengan menjalankan pola hidup sehat. Dan keluarga dipanggil untuk saling melayani dan saling menghargai hidup yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia melalui Yesus Kristus. Oleh karena itu, melalui Anjuran Apostolik Familiaris Consortio (keluarga), Paus Yohanes Paulus II mempertegaskan bahwa “Keluarga merupakan buah dan sekaligus tanda kesuburan adikodrati Gereja”(FC.art.49). Artinya bahwa panggilan keluarga zaman sekarang adalah harapan Gereja keluarga dipanggil untuk mengembankan tugas pewartaan kabar gembira dan sukacita Injil dalam hidup panggilan.
Dengan demikian melalui pelayanan pastoral membantu dan mengarahkan keluarga-keluarga agar mereka dapat menghayati panggilan hidup dengan mengutamakan nilai cinta kasih Injil yang hidup; untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan bertumbuh dalam persekutuan keluarga Kudus Allah melalaui tindakan hidup sehari-hari. Maka itu, Paus Fransiskus mempertegaskan lebih mendalam lagi tentang panggilan dan kehidupan keluarga dalam Anjuran Apostolik Amoris Laetatiti (sukacita kasih) bahwa keluarga “Dipanggil untuk membantu penabur benih; selanjutnya adalah pekerjaan Allah” (AL.200). Artinya bahwa melalui setiap kehidupan keluarga dipanggil untuk menjadi perantara kasih Allah bagi sesama sahabat dan bagi orang lain, dengan saling melayani, mendukung dan membangun dalam pesekutuan cinta kasih Allah dalam keluarga sebagai Gereja mini.

Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar-Timur.

 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *