Oleh Ipurkitweng N. Uropmabin
Mahasiswa Tingkat II STFT Fajar Timur
Pelayanan seorang pemimpin kepada masyarakat menjadi salah satu hal terpenting untuk memperbaiki pelayanan masyarakat pada umumnya di Indonesia dan khususnya di Papua. Pelayanan cenderung berjalan di berbagai aspek kehidupan masyarakat oleh karena pelayanan yang kurang efisien. Pada hal implikasi pelayanan pemerintah terhadap masyarakat sangatlah luas dalam kehidupan ekonomi, pendidikian, kesehatan, sosial budaya, dan politik, masih banyak hal lain yang harus di perbaiki. Namun pemerintah sampai saat ini tidak mengindahkannya sehingga semakin buruk pelayanan pemerintah terhadap masyarakat sehingga sering terjadi variabel yang dominan mempengaruhi penurunan investasi yang berakibatkan pada krisis berkepanjangan. Pelayanan seorang pemimpin kepada masyarakat selama ini menjadi salah satu bentuk paradikma variabel sehingga mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemimpin. Krisis kepercayaan masyarakat dapat teraktualisasi dalam bentuk protes dan demonstrasi karena masih ketidakpercayaan masyarakat kepada seorang pemimimpin yang cenderung tidak sehat dalam kepemimpinannya menunjukan kefrustasian masyarakat terhadap pemimpin. Penulis membatasi diri pada di bidang politik karena saat ini menjadi problem besar dalam bidang politik.
Apa itu politik
Secara etimologinya istilah politik adalah “Bonum commune atau kebaikan bersama. Akar kata dari politik dalam bahasa Yunani yang digagas oleh Filsuf Aristoteles ialah polites warga negara dan polis negara kota. Disamping itu perlu ditilik dari sudut pandang yang berbeda yaitu antara lain: Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Poltik pun, hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara untuk mencapai suatu tujuan yakni kebaikan dan kesejahkteran bersama dalam kehidupan bernegara. Para elit politk dalam konteks ini perlu memahami dan mengartikulasikan apa arti dan makan dari politik itu sendiri, namun sayangnya para elit politk menunjukan sikap berpolitiknya lebih mengarah pada politik sebagai usaha untuk memperoleh kekuasahan, memperbesar atau memperluas serta mempertahankan kekuasaan (politics). Para elit politik tidak menyadari bahwa Sikap dan tanggungjawab sebagai seorang pemimpin yang dipercayakan oleh masyarakat tidak menunjukan, karena mempertahankan egonnya sendiri, mencari kekayaan, dan mencari popularitas diri lebih penting daripada kepentingan rakyat atau masyarakat umum.
Sikap para elit politk diatas memiliki konotasi negatif bagi pandangan masyarakat karena hal ini berorientas pada politik kekuasan untuk merahi dan mempertahankan kekuasan entah yang baik atau yang buruk, dapat menghalalkan segala kepentingan masyarakat dikuasai oleh para elit politk untuk memperoleh kepuasan dirinya sendiri dan tidak memperhatikan kepentingan masyarakat. Politik sebagai bonum commune perlu para elit politk menyadari akan hal ini, sebab definisnya berorientasi pada pelayanan seorang pemimpin terhadap masayarkat sangat penting dan ini menjadi sebuah hukum yang wajib dilaksanakan oleh seorang pemimpin terlebih khusus para elit politik. Pemimpin merupakan pelayan masyarakat bukan penguasa msyarakat, oleh karena itu strategis pelayanan yang kurang baik terhadap masyarakat perlu dilestarikan.
Apakah politik sebagai pangung sandiwara
Para elit politkus, dan sebagai pangung sandiwar belah untuk mendapatkan kekuasaan yang melatarbelakangi hedonisme dan egoism. Mereka sendiri tidak mementingkan kepentingan rakyat jelata yang membutuhkan perhatian penuh dari seorang pemimpin yang sudah dipercayakan oleh rakyat atau masyarakat. Momen-momen tersebut, para elit politkus memberi harapan dan janji-janji manis terhadap rakyat sendiri dengan slogan “engkau kasih suara kalau saya naik saya akan bangun daerah, engkau dukung saya kalau saya sudah mendapatkan posisi aman saya akan bangun daerah dan apa yang kalian mau saya akan kasih”. Dengan demikian dia diangkat jadi seorang pemimpin lupa akan perjanjian dan harapan yang dia berikan kepada masyarakat, lebih mementingkan kepentingan diri sendiri tidak melihat kepenting rakyat jelata.
Sadar atau tidak masyarakat dijadikan sebagai objek para elit politk untuk memperoleh kekuasaan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus sadar bahwa pangung politk jangan jadikan pangungung sandiwar belaka yang melatarbelakangi kepentingan pribadi dan berorientasi pada kekuasaan terhadap masyarakat. Seorang pemimpin sepadanan kata yang digunakan adalah praja, karena yang sebenarnya bermakna rakyat sehingga lahirlah istilah pamong praja yang berarti seorang pemimpin atau pemerintah yang melayani kepentingan seluruh rakyat atau pemimpin yang merakyat.
Dengan demikian, konteks di negara Indonesia umumnya dan lebih khususnya lagi di Tanah Papua. Para elit politik masyarakat dijadikan sebagai tempat untuk memperoleh kekuasan dan menduduki kursi pejabat, parlemen dan lain-lain. Lalu aspirasi masyarakat atau rakyat yang membutuhkan asupan dan perhatian dari seorang pemimpin untuk kepentingan bersama dalam kehidupan sosial masyarakat perlu diperhatikan hal tersebut sekarang yang terjadi di negara kita Indonesia dan di Papua pada khususnya. Terdorong atas keprihatinan pelayanan pemerintah terhadap masyarakat kurang maksimal, efektif dan efisian. Maka, secara empiris sudah ada dan sedang terjadi di tanah Papua. Oleh karena itu, pemimpin membuka paradikma baru agar melihat sendi-sendi kehidupan masyarakat lalu mengambil kebijakan yang berpihak kepada pelayanan publik atau masyarakat. Kemudian seorang pemimpin turun lapang dan melihat, menganalisis, masalah-masalah atau kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan sosial-masyarakat dan mengimplementasikan sesuai dengan harapan, aspirasi masyarakat. Bukan politk jadikan pangung sandirwara untuk memperoleh kekuasaan dari rakyat lalu dilupakan rakyat menderita tidak ada perhatian dan keberpihakan dari seorang pemimpin kepada masyarakat.
Bagaimana cara seorang pemimimpin melayani masyakat
Seorang pemimpin harus memiliki hati nurani, keterbukan, dan mental melayani agar bisa mengimplementasikan apa tujuan daripada politik. Keterbukan diri seorang pemimpin sangat membutuhkan terhadap konteks kehidupan sosial masayarakat di Indonesia pada umumnya dan pada khususnya di Tanah Papua. Seorang pemimpin mempunyai metode sendiri supaya melyani masayarkat dengan adil dan sejahtera tidak memihak terhadap satu dengan yang lain atau kaya dan miskin. Konteks kehidupan sosial masyarkat yang ada di Tanah Papua membutuhkan pemimpin yang rendah hati, membuka diri mendengarkan kelu-kesah masyarakat. Lalu ia meneruskan atau menyuarakan terhadap aspirasi masyarakat itulah harapan dari pada masyarakat di Tanah Papua namun yang terjadi adalah tidaklah demikian. Dengan demikian, menciptakan kondisi kehidupan masayarakat yang damai, adil dan sejahtera. Itulah harapan dan himpian daripada masyarakat kecil dan terpinggirkan.
Editor: Melpianus Uropmabin