Pilu membanjiri benak para kebenaran.
Riang direnggut kedurhakaan.
Terang digelapkan, gelap dipertahankan.
Intimidasi menghantui, mengelabui rasio dengan cara mendiskriminasi.
Afeksi menjadi penjaga gawang kian dibobol oleh tendangan merana berulang kali.
Tangisan sendu terpandang candaan sebagai kepentingan pribadi.
Kehausan duniawi dijadikan skedul tuk mencapai titik pamrih.
Kebebasan rasio dan afeksi berbau harum dianggap hidangan basi.
Kedurjanaan dipersiapkan dalam hidangan romantisisme.
Tertawa lepas, terimplikasi dalam kekejaman yang antusiasme.
Kepada keadilan aku bertanya.
Mengapa sandiwara bergema nan indah?
Mengapa masalah cuan kau bariskan dalam antrian publikasi?
Mengapa tragedi kemanusiaan, kau sulam dengan dusta berparas melati?
Mengapa kau turunkan kibarnya bendera mursyid yang patri pada makna, di pungkiri?
Dalam doa bersyair kata, fakta telah dihianati.
Gelap, gelap nurani, gelap cinta kasih.
Domba berbulu srigala, ular berwujud merpati. Editor: Siorus
Penulis adalah Mario Vegas mahasiswa STFT FT Abepura Jayapura, Papua