Bunda Maria MAMA PAPUA

 
Oleh Anselmus Faan        
         Pengantar
Kita sebagai umat Katolik di dunia, termasuk Indonesia khususnya umat Katolik di Papua telah mengetahui bahwa setiap bulan Mei dan bulan Oktober merupakan penghormatan terhadap Bunda Maria. Bulan Mei dan bulan Oktober dalam setahun dikhususkan untuk menghormati Maria sebagai Mama Bunda Allah yang melahirkan kehidupan baru yang membuat semua ciptaan Tuhan selamat secara rohani. Kedua bulan ini sama dalam hal menghormati Mama Maria namun sedikit berbeda dalam penetapan kedua bulan itu sebagai Bulan Maria dan Bulan Rosario. Mengapa demikian?
Tradisi Gereja
Ada pun alasan mengapa sejarah yang tercatat bahwa kedua bulan itu ditetapkan sebagai bulan Maria dan Bulan Rosario. Oleh karena itu, kita akan melihat apa saja alasannya terkait kedua bulan tersebut dipilih sebagai waktu yang baik untuk menghormati Bunda Maria. Hal ini akan dilihat dari tradisi dimana iman tumbuh dan berkembang.
      Tradisi pertama bermula dari dunia Barat, dimana Permulaan Kehidupan di awali pada bulan Mei. Bulan Mei sebagai Bulan Maria karena tradisi meyakini bahwa mama Maria yang mengandung dan melahirkan Yesus itu, sekaligus juga melahirkan kehidupan baru bagi semua umat manusia yang diyakini sebagai awal kehidupan baru bagi umat nasrani dalam satu iman. Negara empat musim misalnya Negara di Benua Eropa yang telah menjadi salah satu bukti sebagai sejarah bahwa bulan Mei sebagai bulan Maria. Bulan Mei dianggap sebagai awal kehidupan bagi masyarakat yang berada di wilayah empat musim. Pada bulan ini masyarakat menyambut musim semi di mana bunga-bunga bermekaran. Dan suasana musim semi ini tentunya sangat berbeda dengan musim kemarau dan musim salju. Pada musim salju pasti semua aktivitas berhenti. Berhentinya aktivitas itu terasa seakan tak ada kehidupan, namun pada musim semi terasa ada kehidupan karena aktivitas kembali aktif. Aktifnya- aktivitas itu pada bulan Mei, maka bulan Mei dianggap sebagai bulan yang mendatangkan adanya kehidupan. Maka dalam tradisi iman katolik meyakini bahwa bulan Mei adalah bulan dimulainya kehidupan atau aktivitas masyarakat sehingga dihubungkan dengan Mama Maria yang adalah “hawa baru” yang melahirkan kehidupan baru. Hawa sendiri berarti ibu dari semua yang hidup.   Manusia itu memberi nama hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.
      Kedua, Pengalaman Iman Paus Pius VII. Pada tahun 1809, para serdadu Napoleon menangkap Paus Pius VII dan akhirnya dipenjara. Pemimpin tertinggi gereja Katolik itu, dalam penjara  dia selalu bersama Mama Maria berdoa kepada Allah melalui Yesus dalam Roh Kudus, agar dia dapat dibebaskan dari penjara dengan penderitaan yang dialaminya. Dia berjanji bahwa jika doanya dikabulkan, maka ia akan menetapkan suatu bulan dimana umat berdevosi kepada Bunda Maria.  Lima tahun kemudian tepat tanggal 24 Mei Paus Pius dibebaskan dan kembali ke Roma. Akhirnya, pada tahun berikutnya dia mengumumkan perayaan Bunda Maria Penolong Umat Kristen. Pengalaman keselamatan seorang Paus dari penderitaan itulah yang memperkuat Bulan Mei sebagi Bulan Maria.
Sedangkan Bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan Rosario karena ada beberapa alasan iman yang mendasarinya. Alasan yang pertama adalah Pertempuran Lepanto pada tahun 1571, dimana Negara-negara Eropa yang beragama Kristen diserang oleh kerajaan Ottoman. Dalam perang ini, jumlah anggota Kristen di Spanyol, Genoa, dan Venesia lebih sedikit dari jumlah pasukan perang dari Turki. Menghadap ancaman ini, Don Juan/John dari Australia selaku komondan armada Katolik berdoa Rosario memohon pertolongan Bunda Maria. Demikian pun, umat di seluruh Eropa berdoa Rosario untuk memohon pertolongan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini. Paus Pius bersama-sama dengan umat berdoa Rosario di Basilika Sta. Maria Maggiore pada tanggal 7 Oktober 1571. Sejak subuh sampai petang doa Rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto. Pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemudian Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam misa di Vatikan setiap 7 Oktober. Dan juga menetapkan hari Rosario Suci. Hari Raya Rosario Suci ditetapkan oleh Paus Gregorius XIII pada tanggal 7 Oktober. Penetapan ini, telah semakin mempertegas bulan Oktober sebagai Bulan Rosario (kitakatolik.com).
Mama Maria Cinta Papua
Umat Katolik di tanah Papua telah mengetahui melalui ajaran gereja dan iman para missionaris bahwa pada bulan Mei dan Bulan Oktober merupakan bulan yang dikhususkan untuk menghormati Mama Maria. Sebab itu, setiap bulan Mei dan bulan Oktober, umat Katolik di Papua berdoa Rosario secara bersama-sama. Devosi kepada mama Maria perlu dilakukan oleh semua orang Papua khususnya umat Katolik. Kita menghormati Mama Maria sebagai mama dan ibu segalah bangsa termasuk kita umat beriman katolik di Papua.
Orang Papua perlu menyadari bahwa Mama Maria sebagai “hawa baru”. Hawa sendiri berarti ibu dari semua yang hidup, yang diimani dan dipercaya sebagai Bunda Allah tentu menjamin kehidupan kita kelak.   Sebab Allah telah memberi nama hawa kepada wanita, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup. Dengan ini boleh kita katakan bahwa semua kekayaan alam Papua seperti emas, kayu, hewan, ikan, burung, babi dan termasuk manusia Papua berasal dari kandungan mama Maria. Dari dalam rahim Maria keluar segala yang hidup. Tanah Papua sangat kaya dengan sumber daya alam yang berlimpah dan ada sepanjang tahun sebagai gambaran kehidupan taman Eden. Kekayaan (hutan, udara dan laut) telah memberi manfaat kepada manusia dan semua ciptaan Tuhan yang lain. Tanah yang kaya ini perlu kita kaitkan dengan iman Katolik bahwa kita perlu mensyukuri atas semua kekayaan yang ada itu dengan cara menghormati mama Maria sebagai ibu bumi Papua. Sebab semua yang ada dalam bumi Papua telah dimanfaatkan untuk kehidupan manusia Papua pada khususnya dan Indonesia serta dunia pada umumnya terutama memberi kehidupan kepada seluruh makhluk hidup. Dari bumi Papua keluar segala kehidupan baru. Baik itu hewan, tumbuhan dan manusia.  Mama Maria sebagai ibu yang selalu mencintai orang Papua. Cinta mama Maria kepada orang Papua telah terbukti bahwa Papua merupakan Surga Kecil yang penuh dengan susu dan madu yang telah jatuh ke bumi ufuk timur Nusantara.
Sebagai orang beriman, tidaklah salah jika berdoa kepadanya melalui devosi kepada Mama Maria kita bersama Bunda Maria memohon pertolongan kepada Allah Bapa di Surga melalui Perantaraan Yesus Kristus dalam Roh Kudus untuk memohon berkat keselamatan bagi orang Papua yang mengalami penderitaan di tanahnya sendiri. Orang Papua sejak awal bergabung dengan Indonesia dan hingga sekarang ini hampir setiap menit mengalami air mata darah di atas negerinya. Kita mendengar, melihat dan mengalami kekerasan Pemerintahan Indonesia melalui alat keamanan Negara yakni TNI, POLRI terhadap orang asli Papua (OAP) di setiap sudut negeri Papua. “Kekerasan yang diperaktekan aparat keamanaan kepada warga Papua terekam dalam dokumentasi memoria pasionis pada 2017. Kekerasan itu seperti kasus penembakan pada 1 Agustus 2017 di Kampung Oneibo, Distrik Tigi, Kebupaten Deiyai adalah kasus yang mendapat perhatian masyarakat luas , baik di Papua maupun di Jakarta. Sejumlah anggota kepolisian dari Brigade Mobile (BRIMOB) BKO Polda Papua melakukan penembakan kepada sekelompok masyarakat, ada 11 orang dilaporkan mengalami luka serius dan seorang warga bernama Yulianus Pigai, 27 tahun, meninggal dunia” (Koten, 2017: 41). Selain itu, penembakan dari TNI terhadap pendeta dan katekis Katolik di Intan Jaya pada tanggal 26 Oktober 2020 (Belau, 2020). Ada juga perampasan tanah adat oleh pemerintah Pusat untuk masuknya investor di Papua seperti PT. Freeport Indonesia di Timika- Papua.
Meskipun terjadi kekerasan demikian, kita sebagai umat beriman Katolik tetap bersandar pada Tuhan Allah yang telah mengutus Yesus yang telah dilahirkan oleh Mama Maria untuk membantu manusia keluar dari penderitaan karena dosa manusia itu sendiri dan menyelamatkan manusia dari penindasan di dunia dan di Papua. Umat katolik asli Papua pada bulan Oktober yang ditetapkan sebagai bulan Rosario adalah wadah bagi umat untuk selalu devosi mohon perlindungan mama Maria sebagai mama untuk orang Papua. Orang Papua perlu belajar dari pengalaman Pertempuran Lepanto pada tahun 1571, di mana Negara-negara Eropa yang beragama Kristen diserang oleh kerajaan Ottoman. Menurut kisah pertempuran ini bahwa, jumlah anggota Kristen di Spanyol, Genoa, dan Venesia lebih sedikit dari jumlah pasukan perang dari Turki. Dari segi jumlah Menghadap ancaman ini, Don Juan/John dari Australia selaku komondan armada Katolik berdoa Rosario memohon pertolongan Bunda Maria. Demikian pun, umat di seluruh Eropa berdoa Rosario untuk memohon pertolongan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini.
Dari pengalaman Perang itu, kita lihat bahwa bukan saja pemimpin perang yang berdoa Rosario tetapi semua umat Katolik di Eropa juga devosi kepada Mama Maria. Ini berarti bhawa semua umat percaya bahwa bersama mama Maria dalam iman akan permohonan mereka diterima oleh Allah melalui perantaraan Yesus bersama Roh Kudus. Sebab itu, umat katolik di Papua pada pada umumnya dan khususnya umat katolik asli Papua harus memiliki kepercayaan yang sama dengan orang-orang di Eropa dalam menghadapi situasi peperangan. Pengalaman iman ini juga menjadi kekuatan iman kita kepada Allah Tirtunggal Maha Kudus dalam situasi politik di Papua yang sudah memakan korban nyawa. Karena itu para pemimpin gereja khususnya uskup dan para imam di tanah Papua juga harus berpihak pada kaum tertindas di tanah Papua dan mengajak setiap umat dalam satu iman. Para pemimpin gereja dan juga imam pendatang yang hendak melayani umat Allah di Papua memiliki kewajiban untuk selalu mendoakan orang Papua yang mengalami penderitaan rohani, ekonomi, budaya, politik, sosial dan agama serta siap untuk melawan ketidakadilan bukan menjadi sarana negara. Para imam dan lima uskup di Papua perlu berkaca dari Paus Pius yang berinisiatif bersama-sama dengan umat berdoa Rosario di Basilika Sta. Maria Maggiore pada tanggal 7 Oktober 1571. Sejak subuh sampai petang doa Rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto. Menurut keyakinan iman bahwa pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemudian Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam misa di Vatikan setiap 7 Oktober.
Oleh karena itu, seluruh Umat Allah di Papua harus selalu beroda Rosario mohon mama Maria supaya menghalangi dan melindungi  umat asli Papua sebagai anaknya dari penderitaan. Maria sebagai seorang ibu pasti punya rasa cinta terhadap anak-anak atau umat Papua. Karena cintanya dia juga pasti tidak mau melihat anak-anaknya menderita bahkan mati karena terbunuh di atas pahanya. Mama Maria pasti mendengarkan setiap permohonan orang Papua saat berdoa Rosario dan dia mendesak kepada Anaknya Yesus agar permohonan itu segara disampaik kepada Allah dalam Roh Kudus. Saya percaya bahwa pertempuran Leptano itu dimenangkan oleh pasukan Kristen karena mama Maria mendengarkan, mengalami dan melihat permohonan umat setiap hari yang penuh air mata darah mengalir membasahi seluruh negeri di Benua Eropa. Umat asli Papua saat ini juga mengalami penderitaan yang kurang lebih sama dengan umat di Eropa dalam kisah peperangan Leptano. Orang Papua hampir setiap hari mandi darah karena ditembak oleh TNI-POLRI sebagai alat Negara. Banyak kasus pembunuhan yang dialami oleh orang Papua. Sebab itu, Penulis berharap kepada Orang Asli Papua semua agar tetap berdevosi kepada mama Maria agar dia perhatikan orang Papua seperti Orang Eropa. Meskipun Orang Asli Papua belum bebas dari kekerasan yang dilakan oleh pemerintah Pusat.
Saran Penulis
Dengan demikin, Penulis merekomendasikan kepada semua umat khususnya umat Katolik di Papua agar tetap mendekatkan diri kepada Tuhan dengan memberitahkan Injil Kerajaan Allah melalui tindakan nyata. Cara pendekatan itu harus sesuai dengan keyakinan doa masing-masing umat beriman. Misalnya umat katolik berdoa memohon pembebasan bagi orang Papua melalui devosi kepada mama Maria untuk mohon pembebasan jiwa-jiwa Orang Asli Papua di negeri Papua. Selain itu, para pastor dan para uskup lima Keuskupan di Papua juga membina iman umat dengan baik agar umat tahu doa yang baik dan benar. Mereka telah mengetahui doa baik dan benar pasti selalu berdoa dengan rumusan baik untuk membangun komunikasi dengan santo-santo dan Mama Maria sebagai pelindung kehidupan manusia. Hendaknya para imam yang hendak melayani di tanah Papua bersikap dan bertindak dengan melihat situasi sosial politik saat ini, hadir sebagai imam bukan pencuri atau intel, berkarya dengan hati bukan kepentingan. Agar tidak tercipta jarak antara imam dan umat, sebab umat merinduhkan sentuan, suara dan keberpihakan imam sebagai teladan Yesus Kristus yang tercermin “Hadir untuk menyelamatkan”. Semoga!
 
Referensi

  1. Belau Arnold. 2020. Breaking NewsCOM .Dilaporkan Seorang Katekis Katolik Ditembak Mati TNI di Jalae. (Diakses pada tanggal 26 Oktober 2020).
  2. Koten, Bernard. 2017. Seri Memoria Pasionis, Yang Hilang dan Tumbuh Dalam “Endemi” Kekerasan. Jayapura: Sekretariat Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan Fransiskan Papua.
  3. www.kitakatolik.com.2017. Sama-Sama Bulan “Maria”, Apa Beda Mei dan Oktober.   (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2020).

 
 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *