Dalam Rangka menyambut Dies Natalis Keuskupan Timika yang ke-19 Komunitas konfrater Keuskupan Timiaka bersama RD Agustinus Tebai, dan mahasiswa-mahasiswi Keuskupan Timiaka dari STPK St Yohanes Rasul Jayapuara, wisma Lidia dan wisma Astri Nurjaya melaksanakan kegiatan Seminar sehari. Kegiatan ini di laksanakan di Aula St Yosef Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru pada sabtu 15 April 2023 pukul 16.30-19 20 WIT.
Seminar ini diberikan oleh lima pemateri yakni RD Agustinus Tebai, Fr Agustinus Sarkol, Fr Fransiskus Yatipai, Fr Zeperino Juan Izako, dan Fr Viktor Iyai. Mengangkat tema tentang misi Gereja dan implikasinya bagi gerakan tungku api. Pastor Agus Tebai menyampaikan materi seputar Misi dan Implikasinya bagi Pastoral Gerakan Tungku Api. Fr Agustinus Sarkol memberikan materi tentang Implikasi Gerakan Tungku Api terhadap Pelayanan Viatikum (Komuni suci bagi orang sakit). Fr Fransiskus Yatipai memberikan materi tentang Pentingnya Penghayatan Nilai-Nilai Kristiani dalam kaitanya dengan Gerakan Tungku Api. Fr Zeferino Juan Izako Memberikan materi Tentang Spirit Tungku Api dan Fr Viktor Iyai memberikan materi tentang Subjek Hukum dalam Gereja dan Implikasinya bagi pastoral Tungku Api.
Pastor Agus dalam materinya berbicara tentang Misi dari teologi biblis yang terkait dengan perutusan para Murid Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah di seluruh dunia. Karena itu Gereja berperan untuk menghadirkan Kerajaan Allah dalam Realitas Dunia. Dalam kaitan dengan Gerakan Tungku Api, Pastor Agus menghubungkan tungku api perumpamaan dari Mat 5: 5 tentang Orang menyalakan pelita bukan meletakan di bawa Gantang tetapi diatas kaki dian sehigga menerangi seluru ruangan. Tungku api juga dikaitkan dengan teologi biblisSelanjutnaya diakitkkan juga didalam teologi Injil Yohanes mengenai “Yesus Kristus sebagai Terang Dunia”. Pastor Agus mengatakan bahawa, objek atau sasaran dari gerakan Tungku api ialah Keluarga, sebab keluraga dapat menghayati dan menghidupi nilai tentang Tuhan dan Nilai tentang Kemanusiaan. Dengan menghidupi dan menhayati nilai Tuhan dan kemanusia, keluarga dapat memiliki pengaruh dalam komunitas yang lebih luas baik dalam tingkatan stasi, paroki dan sampai pada tingkatan keuskupan untuk bersaksi dan menghidupi tentang nilai ke-Tuahanan dan kemanusiaan.
Pemateri Kedua, Fr Zeperino Juan Izako menyoroti tungku api dalam kaitan dengan Roh Kudus. Fr Juan menjelaskan bahwa Roh Kudus seperti Nafas yang menghidupi manusia. Roh manusia itu berasal dari Tuhan sehingga setiap orang diarahkan untuk mencari dan menemukan kehendaak Tuhan. Dalam kaitanya dengan gerakan Tungku api, Fr Juan menjelaskan bahwa Tanah ibarat Roh karena tanah memberikan hasil yang baik bagi manusia demi melangsungkan kehidupan akan tetapi dalam realitas kini orang seenaknya memperjualbelikan dan memperdagangkan tanah. Karena itu, suara gembala almahrum Uskup Jhon selau berbicara tentang jangan menjual tanah tetapi hidup dari hasil olah tanah. Suara gembala disuarakan karena realitanya orang menjual tanah dengan mudah tanpa mempertimbakangakn yang bijaksana. Orang dengan mudah meperjual belikan tanah karena mereka kehilangan “roh” untuk mengelolah tanah. Di akhir materinya, Fr Juan mengajak agar umat beriman harus mengarahakan diri pada Roh Kudus agar Roh mempin kita pada kebenaran (Yoh 13a) dan sampai pada kebenaran sejati yaitu Yesus Kristus sendiri.
Pematri ketiga, Fr Faransiskus Yatipai berbicara tentang Nilai-nilai Kristiani dalam kaitannya dengan Tungku Api. Dalam penjelasananya nilai-nilai kristiani yang diangkat ialah nilai persekutauan, nilai pengharapan kepada Tuhan, nilai rendah hati, nilai perdamaian, nilai kebenaran. Dengan menhidupi nilai-nilai kristiani ini, kita menjadi semakin menyatu dengan Allah sediri. Dengan kaitanya dengan Tungku Api ia menjelaskan nilai-nilai moral hidup orang mee dalam menata kehidupan. Pemateri, melihat banyak persoalan yang melenceng terjadi dalam realitas hidup masyarakat, yakni minuman keras, jual beli tanah dan main judi, sehingga Fr Fans mengajak semua orang untuk menghidup nilai-nialai kristiani tersebut agar tungku api tetap bisa menyala dalam keberlangsuangan hidup.
Pemateri Keemapat Fr Viktor Iyai berbicara tentang subjek hukum gereja. Fr viktor menjelaskan bahwa, ketika orang dibabtis ia telah menerima tugas dan tanggung jawab sepenuhnya dalam Gereja dan sekaligus menerima hak untuk pelayanan sakramen gereja. Berdasarkan KHK (kitab hukum kanonik) 1983 kan 11, mereka yang dapat menerima baptiasan adalah mereka yang sudah memiliki kemampuan mengunakan akal budi dan mereka yang lebih atau lebih dari umur 7 tahun. Mereka yang sudah menerima pembabtisan kemudian terikat dengan hukum gereja. Dlam kaitanya dengan Tungku api, ia menjelaskan bahwa kita sebagai umat beriman yang telah di baptis memiliki peranan untuk memberikan katekese atau pengajaran kepada meraka atau orang lain untuk menghidupi nilai-nilai kristiani demi mewujudkan gerakan tungku api.
Pemateri kelima, Fr Agustinus Sarkol menyoroti tentang viaticum; pelayanan sakramen komuni bagi orang sakit. Ia menjelaskan arti dari viatikum yakni Via dan cum. Via adalah jalan dan Cum adalah bersama. Karena itu viatikum adalah jalan bersama. Viatikum diartikan juga sebagai pelayanan. Kata pelayanan ini dikaitkan dengan pelayanan Yesus Kristus. Dalam pelayanan Yesus Kristus, terutama pelayanan terhadap mereka yang sakit dan menderita, Yesus menyembuhkan orang sakit dari penderitaannya. Kesembuhan yang dialami oleh orang-orang tersebut, bukan hanya soal penyembuhan fisik tetapi juga penyembuhan Jiwa dan Rohani. Dalam kaitanya dengan Tungku Api ia menjelaskan bahwa, kita juga diajak untuk melayani orang Seperti Yesus menyembuhkan orang yang sakit. Lebih lanjut ia mengatakan “Sesunggunya mereka yang sakit di sekitar kita bukan karena kesalahan mereka tetapi merupakan bentuk ketitakpedulian kita terhadap mereka yang sakit. Karena itu, kita diajak untuk lebih peduli dan peka terhadap sesama agar mereka meperoleh kesembuhan dari penderitaan yang dialaminya, terutama bagi mereka yang ada di berbagai tempat konflik dan bencana”.
Seminar ini dimoderatori oleh Frater Antonius Tebai yang mengatur proses jalannya seminar dari awal hingga akhir. Untuk menutupi seminar, moderator memberikan dua pertanyaan permenungan bagi semua peserta. Pertama apa arti dan makna tungku api bagi saya untuk mewujutkan gerakan tungku api? Kedua, Prinsip hidup apa yang harus di pegang dalam panggilan hidup saya? Seminar ditutup dengan foto bersama, makan malam bersama dan seka bersama.
Penulis adalah Antonius Tebay mahasiswa STFT FT