Aksi Seribu Lilin untuk Korban Kemanusiaan di Papua dan Korban Bencana Alam di NTT

JAYAPURA-SUARA FAJAR TIMUR.COM. Doa lintas agama dan pasang seribu lilin untuk korban bencana alam di NTT dan bencana kemanusiaan Umat Allah di Puncak, Ndugama dan Intan Jaya merupakan aksi nyata doa lintas agama usai mengakiri seminar sehari hari Bumi Internasional ke-50. Aksi pemasangan seribu lilin merupakan kepedulian kemanusiaan dari orang muda antar lintas agama; Katolik, Kristen Protestan dan pemuda Mesjid ( Islam) di lingkungan kota Jayapura. Aksi Pemasangan lilin dan doa lintas agama ini dilangsungkan pada sore hari dilingkungan Gereja Katolik Paroki Kristus Terang Dunia Waena, (Sabtu, 01/05/2021).

 Gabriel Mote selaku Wakil ketua panitia dan mewakili pelaksana seminar dan aksi Seribu lilin, dalam sapaannya menyapa semua partisipan orang muda lintas agama dan bentuk solidaritasnya yang hadir pada malam itu. Mote juga mengajak umat untuk
berpartisipasi mendoakan bagi umat Allah yang tertimpa bencana alam di NTT dan bencana kemanusiaan di Intan Jaya, Puncak dan Ndugama-Papua menurut iman dan keyakinan masing-masing dari partisipan lintas agama. Selanjutnya Pemasangan seribu lilin dan doa lintas agama yang masing-masing dibawakan dalam iman dan kepercayaan masing-masing perwakilan Kristen dan Islam.
Di tengah heningnya malam diterangi cahaya lilin RD. Paulus Wolor, Pr. mengantar orang muda merefleksikan “Tengoklah ke dalam”  betapa pentingnya hidup ini,  iringan suara merdu Ebiet Gede, hingga selesai.
Mengakhiri aksi Seribu lilin untuk korban bencana alam dan kemanusiaan di NTT dan Papua, Silvester Kudiai (Koordinator umum kepemudaan) sekaligus penggerak orang muda Katolik Waena, dalam wawancaranya mengatakan “Masalah Papua itu sangat rumit. Disatu sisi bencana alam menimpa kelangsungan hidup karena ulah manusia yang tidak ramah lingkungan dan disisi lain mengancam hak hidup karena melanda bencana kemanusiaan. Dalam situasi hidup seperti ini kita sebagai orang beriman tidak ada cara lain selain mengaduh kepada Allah yang Maha Kuasa, Adil, pengasih dan penyayang. Apa pun yang sedang terjadi adalah bagian dari rencana Tuhan. Mungkin Tuhan mau menunjukkan kepada umat-Nya walau dengan cara yang kejih karena “Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Tidak mungkin bagi manusia, sangat mungkin bagi Allah”. Yang penting adalah bersatu dan berkumpul dalam nama Allah,  memujih dan memuliakan Tuhan dalam berbeda keyakinan  menyebut Satu Tuhan. Karena itu, pasang Seribu lilin pada malam ini adalah bagian tanggung jawab orang beriman. Kita percaya Tuhan akan bekerja lewat cara-Nya. Tidak perlulah kita pertanyakan kapan dan bagaimana melainkan serahkan selebihnya kepada Allah.
Hal yang sama disampaikan Gabriel Mote, bahwa kita sebagai manusia memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian alam, mendoakan sesama yang membutuhkan doa dengan cara yang doa bersama dengan berbagai denominasi gereja. Menurutnya kegiatan seperti sangat penting karena mau mengajak semua pihak untuk menjadikan bumi sebagai rumah kita bersama. Mote pun bersyukur, banyak pihak hadir memberikan informasi cara merawat bumi dari berbagai perspektif pengalaman dalam seminar maupun dalam doa bersama. Ucapan terima kasih atas partisipasi teman-teman pemuda dan siapa saja yang hadir mengambil bagian dalam kegiatan ini, ucapnya.
Reporter: Erick Bitdana

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *