Oleh: Hengki Degei
Masa muda adalah masa untuk mengisi waktu, sebuah masa yang sangat indah, ada suasana baik maupun buruk saat itu. Keduanya menyatu padu menjadi melodi Prahara yang alunan simponinya indah.
Di bawah ini adalah cerpen tentang kisah cinta seorang Petani sederhana bersama pujaan hatinya.
Si Petani menemukan kekasih idaman pada usia muda, cinta pandangan pertama membuat mereka berdua legah, tertarik serta merasa sejuk di massa itu.
Hari-hari selalu mereka hiasi dengan bingkai rasa cinta di antara mereka.
Dengan demikian, mereka berjanji untuk selama masih muda hingga meranjak ke usia dewasa, mereka akan mempersiapkan apa yang mereka butuhkan demi masa yang akan datang nantinya (masa depan) sambil saling menjaga dan meracut benan cinta yang mereka miliki.
Akan tetapi, akhirnya kedua orang tua dari si wanita tidak merestui hubungan mereka, dengan alasan pria tersebut hidup dibawah garis kemiskinan, merana, juga tak menetap.
Maka dengan begitu, tak ada restu dari orang tua. Sambil diludahi, dihina, di olok-olok, diejelekkan, daaci maki dan di benci, apalagi paras dirinya tidak begitu memukau hati kedua orang si wanita itu. Pria Petani itu ditolak mentah-mentah oleh keluarga pihak wanita.
Sebenarnya dalam hal hubungan percintaan dan proses pemulaian biduk keluarga, tidak penting jika dilihat dari segi kemapanan si pria atau si wanita, seperti apa latar belakangnya atau sisi penampilann dan pendapatannya, tetapi lebih dalam lagi, yakni lihatlah kualitas kemauannya, cintanya, hatinya, dan pikirannya terhadap si wanita.
Akan tetapi malah terjadi seperti itu; setelah terjadi semuanya si pria Petani merasa malu serta takut dan akhirnya mundur, karena apa yang di utarakannya benar-benar semuanya sesuai realita dalam kehidupannya.
Setelah beberapa Tahun kemuadian si Petani itu bangkit dan berdiri sambil merenungkan kembali apa yang sebelumnya terjadi. Ia pun bersenyum tulus di tengah pahitnya kehidupan.
Si Petani itu telah meminta maaf lewat lagu daerah dengan judul “Waneuwo Ka Hagamo” atau “Gadis Air Gelap” atas ketidaksetujuan orang tuanya untuk satukan cintanya.
Si Petani itu pun telah mendengar isu tentang kekasihnya bahwa kedua orang tuanya sudah setuju dengan pria baru yang ia sukai, ia cintai dan ia sayangi.
Saat itu, si Petani merasa sedih serta tak mempedulikan dirinya lagi. Akhirnya, ia sakit hati (trauma) yang begitu mendalam, juga terasa pilu namun waktu itu muncul sebuah kata motivasi dari dalam dirinya.
Motivasinya adalah bahwa apa pun yang terjadi biar terjadi dan jangan ungkit kembali dengan hal bodoh tentang cinta bersama si wanita, hebat bukanlah lembaran baru sebab disitu ada jalan keluar menghidupkan kehidupan, karena hidup ini tidak merata selalu naik-turun mengikuti waktu yang rumit tetapi Cinta pada Allah sama seperti cahaya terang.
Tanpaknya, dia bagaikan terombang-ambing di lautan kegelapan, berbicara tentang mimpi, tak ada yang namanya penyesalan.
Menyesal sama seperti mengejar bayangan kita sendiri, semakin dikejar, semakin jauh dari jangkauan kita.
Waktu bisa berlalu begitu saja tetapi cerita bersama kekasihnya “waneuwo hagamo” Tak akan pernah berkesudahan dan takkan terlupakan hingga akhir hayat kita, semacam sudah mendarah daging.
Empat Tahun telah berlalu, namun masih teringat jelas dalam hati dan kalbu semua kenangan manis-pahit yang sudah mereka lalui; mereka sudah berjanji satu jiwa dan satu tujuan, akan tetapi masuk pada tahun yang kelima tak ada jejak hilang tanpa pamit entah kemana, dia hilang? Si Petani itu masih bertanya-tanya dalam hatinya.
Apakah dia dibawah lari oleh orang yang memiliki sayap? Apakah ia menghadap Sang Kahlik. Namun akhirnya ia menemukan keberadaan kekasihnya melalui bisikan temannya. Ternyata ia bukan menantikan kedatangan si Petani, tetapi ia sudah punya kubuk (rumah baru) dengan pria idamannya dan ternyata benar-benar sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh pria sederhana itu selama ini.
Si wanita sudah miliki pria lain, yang punya sayap. Setelah mendengar semuanya, saat itu si Petani berdiam diri sambil tersenyum tulus-ikhlas.
Senyum bukan karena ia senang, gembira, dan sukaria, tetapi senyum karena mengingat akan rasa sakit hatinya saat merenungkan kembali kisah-kisah saat bersama si wanita idamannya itu di masa lalu.
Dan berdiam karena tak bisa memberikan suatu komentar terhadap si wanita itu sebab dia sudah milik orang lain atau pria lain.
Dibalik semua kejadian ada ungkapan terkahir dari si wanita terhadap si Petani, tidak perlu orang lama lagi, karena waktu bersamamu sudah tak ada lagi, lantaran diputuskan oleh orangtua, sehingga aku mohon minta maaf 2 kali lipat.
Apa sebabnya..?
Masih bertanya-tanya dari waktu ke waktu, tapi masih belum dapat suatu solusi terbaik untuk memperlambatkan detak jantung si Petani, jawabannya ditelan oleh keinginannya, sehingga semuanya ia lupakan, tapi Petani itu hanya ingin melemparkan satu hal:
JANJI BELAKA..!
Kebohonganmu terhadapmu terumpuk begitu tinggi tapi bagiku ini bukan suatu persoalakan, karena kebohongan bukan datang untuk membunuhku tapi menguatkan, agar kesabaran menjadi kepribadian yang Kokoh.
Tak perlu saya intervensi atas kata-katamu, juga tak perlu aku desak kata-katamu karena kata Manismu akan selalu megikutimu hingga akhir hayat.
Sebab, aku merasa tak nyaman berlebihan dengan perasaan tak menentu, perasaan yang hanya menyakiti hati.
Aku tenang dibawah hujan yang begitu deras. Dan aku yakin habis hujan ada sinar matahari, begitu pula waktunya pun bisa berubah menjadi cerah dan bebas menghirup udara, begitu harum serta kesabaran pun akan memihak kepada kita yang ingin mau bersabar.
Karena kesabaran untuk teracum dengan cinta yang tak pasti bisa mengajak kita menentukan apa yang kita harapkan di masa-masa yang akan datang nantinya.
Sungguh jahatnya cinta beda keyakinan membuat hati kacaubalau.
Ada apa dibalik bedanya keyakinan pada hal tujuannya sama, manusia ciptaan Sang Pencipta (Allah) sehingga jangan dihalangi sebab pria dan wanita sudah dirancangkan sebelumnya tentang hubungannya.
Kalau sesuai rancangan Allah pasti masa depan semuanya tidak dapat disia-siakan oleh penghalangnya.
Akhirnya semuanya hilang jejak. Selamat nikmati kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan Kekasihku.
)* Penulis adalah mahasiswa Universita Hermon Timika.